Yogyakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan lebih dari 20 kecamatan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) layak berstatus awas bencana kekeringan meteorologis. Kecamatan tersebut tersebar di 3 kabupaten.
"Ada 21 kecamatan di DIY yang berstatus awas kekeringan, yaitu di Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Kulon Progo," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas pada Senin, 11 September 2023.
Reni mengungkapkan di Kabupaten Bantul terdapat delapan kecamatan berstatus awas kekeringan, yakni Kecamatan Banguntapan, Bantul, Dlingo, Imogiri, Kasihan, Pundong, Sedayu, dan Sewon. Semantara, ada 7 kecamatan berstatus awas kekeringan di Kabupaten Gunungkidul, meliputi Kecamatan Gedangsari, Girisubo, Karangmojo, Ngawen, Playen, Ponjong, dan Wonosari. Kabupaten Sleman menyusul dengan 6 kecamatan; Kecamatan Berbah, Cangkringan, Depok, Gamping, Kalasan, dan Sleman.
"Peringatan dini kekeringan meteorologis artinya berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya, dalam jangka waktu yang panjang dengan kurun waktu bulanan, dua bulanan dan seterusnya. Wilayah yang berstatus awas tersebut mengalami hari tanpa hujan lebih dari 61 hari dengan prakiraan curah hujan rendah di bawah 20 mm per dasarian," ujar Reni.
Ia mengatakan BMKG mencatat beberapa wilayah berstatus siaga kekeringan, di antaranya meliputi Kecamatan Nglipar, Semin, dan Tepus (Kabupaten Gunungkidul), Girimulyo (Kabupaten Kulon Progo), serta Ngemplak, Pakem, dan Turi (Kabupaten Sleman).
Selain itu, lanjutnya, ada 23 kecamatan lain berstatus waspada kekeringan, yakni Kabupaten Bantul meliputi Kecamatan Bambanglipuro, Kretek, Pandak, Piyungan; Kabupaten Kulon Progo ada Kecamatan Galur, Kalibawang, Kokap, Lendah, Nanggulan, Panjatan, Samigaluh, Sentolo, dan Wates; serta Kabupaten Sleman ada di Kecamatan Minggir, Moyudan, Prambanan, dan Seyegan.
Dalam situasi tersebut, lanjut Reni, potensi kebakaran hutan serta lahan bisa meningkat. Selain itu, kata dia, masyarakat yang bekerja sebagai petani harus menyesuaikan pola tanam dengan mengantisipasi kelangkaan ketersediaan air tanah.
"Masyarakat serta pemerintah daerah setempat yang berada dalam wilayah peringatan dini untuk mengantisipasi dampak kekeringan meteorologis ini," ujarnya.
BPBD Kabupaten Bantul mencatat sampai 4 September, 960 ribu liter air sudah didistribusikan ke masyarakat di 16 dusun, 12 desa, dan 7 kecamatan. Jika dirinci, bantuan air bersih itu telah didistribusikan kepada 1.913 KK dengan jumlah 7.774 jiwa.
Adapun 7 kecamatan terdampak kekeringan di Kabupaten Bantul yakni Dlingo, Imogiri, Kasihan, Pleret, Pajangan, Piyungan, Pundong. Kecamatan Dlingo mendapat pasokan air paling banyak. Kecamatan Dlingo terbanyak dengan bantuan 635 ribu liter air bersih atau 127 tangki. Di sana digunakan 1.146 KK atau 4.502 jiwa
Yogyakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan lebih dari 20 kecamatan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) layak berstatus
awas bencana kekeringan meteorologis. Kecamatan tersebut tersebar di 3 kabupaten.
"Ada 21 kecamatan di DIY yang berstatus awas kekeringan, yaitu di Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Kulon Progo," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas pada Senin, 11 September 2023.
Reni mengungkapkan di Kabupaten Bantul terdapat delapan kecamatan berstatus awas kekeringan, yakni Kecamatan Banguntapan, Bantul, Dlingo, Imogiri, Kasihan, Pundong, Sedayu, dan Sewon. Semantara, ada 7 kecamatan berstatus awas kekeringan di Kabupaten Gunungkidul, meliputi Kecamatan Gedangsari, Girisubo, Karangmojo, Ngawen, Playen, Ponjong, dan Wonosari. Kabupaten Sleman menyusul dengan 6 kecamatan; Kecamatan Berbah, Cangkringan, Depok, Gamping, Kalasan, dan Sleman.
"Peringatan dini kekeringan meteorologis artinya berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya, dalam jangka waktu yang panjang dengan kurun waktu bulanan, dua bulanan dan seterusnya. Wilayah yang berstatus awas tersebut mengalami hari tanpa hujan lebih dari 61 hari dengan prakiraan curah hujan rendah di bawah 20 mm per dasarian," ujar Reni.
Ia mengatakan BMKG mencatat beberapa wilayah berstatus siaga kekeringan, di antaranya meliputi Kecamatan Nglipar, Semin, dan Tepus (Kabupaten Gunungkidul), Girimulyo (Kabupaten Kulon Progo), serta Ngemplak, Pakem, dan Turi (Kabupaten Sleman).
Selain itu, lanjutnya, ada 23 kecamatan lain berstatus waspada kekeringan, yakni Kabupaten Bantul meliputi Kecamatan Bambanglipuro, Kretek, Pandak, Piyungan; Kabupaten Kulon Progo ada Kecamatan Galur, Kalibawang, Kokap, Lendah, Nanggulan, Panjatan, Samigaluh, Sentolo, dan Wates; serta Kabupaten Sleman ada di Kecamatan Minggir, Moyudan, Prambanan, dan Seyegan.
Dalam situasi tersebut, lanjut Reni, potensi kebakaran hutan serta lahan bisa meningkat. Selain itu, kata dia, masyarakat yang bekerja sebagai petani harus menyesuaikan pola tanam dengan mengantisipasi kelangkaan ketersediaan air tanah.
"Masyarakat serta pemerintah daerah setempat yang berada dalam wilayah peringatan dini untuk mengantisipasi dampak kekeringan meteorologis ini," ujarnya.
BPBD Kabupaten Bantul mencatat sampai 4 September, 960 ribu liter air sudah didistribusikan ke masyarakat di 16 dusun, 12 desa, dan
7 kecamatan. Jika dirinci, bantuan air bersih itu telah didistribusikan kepada 1.913 KK dengan jumlah 7.774 jiwa.
Adapun 7 kecamatan terdampak kekeringan di Kabupaten Bantul yakni Dlingo, Imogiri, Kasihan, Pleret, Pajangan, Piyungan, Pundong. Kecamatan Dlingo mendapat pasokan air paling banyak. Kecamatan Dlingo terbanyak dengan bantuan 635 ribu liter air bersih atau 127 tangki. Di sana digunakan 1.146 KK atau 4.502 jiwa
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MEL)