Makassar: Sebagian sawah di wilayah utara Makassar, Sulawesi Selatan, menjadi lahan tidur akibat kekeringan sehingga tidak bisa digarap oleh petani atau pemiliknya.
"Sawah yang sudah dipanen dua bulan lalu, tidak dapat digarap karena tidak ada suplai air," kata salah seorang warga Kecamatan Tamalanrea, Muh Basri, di Makassar, Minggu, 10 September 2023.
Dia mengatakan, pada musim kemarau biasanya masih bisa menanam tanaman palawija sebagai tanaman antarmusim, karena masih ada air sumur bor yang bisa dimanfaatkan.
Namun kini, lanjut dia, semua sumber air sangat minim, sehingga untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari saja harus membeli, jika bukan mendapat giliran air dari PDAM Makassar.
Hal senada diakui warga lainnya di Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Daeng Jumaing.
Dia mengatakan sejak memasuki musim kemarau, sudah sulit mendapatkan air tanah atau pun air permukaan. Akibatnya, lahan sawahnya hanya dibiarkan begitu saja.
"Kami tidak bisa berbuat apa-apa, hanya menunggu air hujan saja, karena saluran irigasi juga sudah mengering," ungkapnya.
Menyikapi kondisi kekeringan itu, Kadis Tanaman Pangan Kota Makassar Muhyiddin mengakui, Kota Makassar yang masih memiliki lahan sawah di wilayah pinggiran kota seperti di Kecamatan, Tamalanrea, Biringkanaya, Antang dan Manggala sebagian besar sudah mengering.
"Untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari mereka menunggu jatah air dari PDAM yang menyalurkan setiap hari air bersih dengan mobil tangkinya," jelas dia.
Sementara berdasarkan data Sensus Pertanian 2020 diketahui lahan sawah basah di Makassar tercatat 2.646 hektare (ha), sedang sawah kering mencapai 2.657 ha.
Makassar: Sebagian sawah di wilayah utara Makassar, Sulawesi Selatan, menjadi lahan tidur akibat kekeringan sehingga
tidak bisa digarap oleh petani atau pemiliknya.
"Sawah yang sudah dipanen dua bulan lalu, tidak dapat digarap karena tidak ada suplai air," kata salah seorang warga Kecamatan Tamalanrea, Muh Basri, di Makassar, Minggu, 10 September 2023.
Dia mengatakan, pada musim kemarau biasanya masih bisa menanam tanaman palawija sebagai tanaman antarmusim, karena masih ada air sumur bor yang bisa dimanfaatkan.
Namun kini, lanjut dia, semua sumber air sangat minim, sehingga untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari saja harus membeli, jika bukan mendapat giliran air dari PDAM Makassar.
Hal senada diakui warga lainnya di Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Daeng Jumaing.
Dia mengatakan sejak memasuki musim kemarau, sudah sulit mendapatkan air tanah atau pun air permukaan. Akibatnya, lahan sawahnya hanya dibiarkan begitu saja.
"Kami tidak bisa berbuat apa-apa, hanya menunggu air hujan saja, karena saluran irigasi juga sudah mengering," ungkapnya.
Menyikapi kondisi kekeringan itu, Kadis Tanaman Pangan Kota Makassar Muhyiddin mengakui, Kota Makassar yang masih memiliki lahan sawah di wilayah pinggiran kota seperti di Kecamatan, Tamalanrea, Biringkanaya, Antang dan Manggala sebagian besar sudah mengering.
"Untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari mereka menunggu
jatah air dari PDAM yang menyalurkan setiap hari air bersih dengan mobil tangkinya," jelas dia.
Sementara berdasarkan data Sensus Pertanian 2020 diketahui lahan sawah basah di Makassar tercatat 2.646 hektare (ha), sedang sawah kering mencapai 2.657 ha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)