Budi daya vanili di lahan sempit. (Foto: Metro TV/Ignas Kunda)
Budi daya vanili di lahan sempit. (Foto: Metro TV/Ignas Kunda)

Budi Daya Vanili di Lahan Sempit

Ignas L Kunda • 11 Maret 2021 12:23

Sebenarnya ia punya lahan yang lebih luas untuk menanam vanili namun ia tidak memanfaatkannya karena merasa belum cukup aman. Memadukan keahlian yang kini dimilikinya dengan jiwanya yang juga seorang petani menjadi piihannya untuk menanam vanili di samping rumah.
 
“Saya sebagai petani hanya mau tanam saja, bahan buat pupuk dan sabut kelapa sudah ada. Rawan pencurian jangan sampai tanam untuk orang. Dari segi estetika itu masuk. Nanti saya mau buat kolam juga di green haouse karena saya juga jual jasa pembuatan kolam,” terang dia.
 
Robertus mengaku mengeluarkan biaya sekitar Rp5 juta untuk membuat 50 tonggak vanili di samping rumahnya. Menurutnya ada media tanam yang lebih murah dengan menggunakan polibag dan bambu sebagai pembatas namun dikhawatirkan mudah rusak sehingga tidak efektif.

“Rp5 juta di luar bokasi dan sabut kelapa. Saya mau pakai bambu namun takutnya setelah vanili mulai berproduksi bambunya rusak, makanya saya pakai pembatas campuran semen untuk bagian dasar tempat pembatas lajur-lajur tempat tanam stek dan pemberian pupuk,” bebernya.
 
Baca juga: Jenazah Ibu Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Dimakamkan di TPU Dusun Gadingan
 
Selain itu dalam satu tonggak ditanam empat stek tanaman vanili yang dalam perkiraannya akan bisa menghasilkan minimal lima kilogram vanili mentah atau minimal satu kilogram vanili kering. Untuk panen bisa dalam tempo dua tahun butuh perlakuan yang bagus. Karena bila secara alamiah vanili baru bisa berproduksi dalam tempo 3 tahun.
 
“Dari 5 stek tiap tonggak, kalau nutrisinya bagus bisa menghasilkan 10 sulur produksi pada tiap tonggak. Dan hasilnya paling minim 5 kg basah. Dalam perhitungan 6 kg basah baru menghasilkan 1 kg kering,” ungkap Robert.
 
Menurut Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do, dalam kunjungannya ke beberapa petani vanili untuk menghargai dan merangsang para petani vanili dalam pengembangan usahanya mengatakan, vanili adalah tanaman bernilai ekonomis tinggi. Menurut Don, vanili pernah berjaya namun karena persaingan usaha nilai jualnya menjadi turun.
 
"Dulu daerah di sekitar Mauponggo ini pernah berjaya karena komoditi vanili namun karena dalam tanaman vanili diselipi dengan paku atau serbuk besi untuk menambah beratnya maka harganya turun drastis sehingga membuat petani tidak bergairah,” ungkap dia.
 
Don menilai, vanili menjadi pilihan utama karena ini adalah komoditi yang bisa dikembangkan di lahan sempit dan cukup efektif didukung dengan iklim dan etos kerja warga. Balai penyuluh pertanian di Kecamatan Mauponggo harus bisa juga mengembangkan vanili di lahan sempit. Ia berharap 3 tahun ke depan para petani bisa menghasilkan panen yang baik.
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan