Makassar: Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kabupaten Maros menggandeng rumah dongeng untuk memulihkan trauma siswa SDN 240 Ba'do-ba'do, Desa Baji Mangai, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Para siswa tampak semangat saat dongen dibacakan.
"Kami berupaya menghilangkan trauma anak-anak dengan dongeng," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kabupaten Maros, Idrus, di SDN 240 Ba'do-ba'do, Rabu 21 Agustus 2019.
Dia mengungkap dongeng dipilih agar anak-anak bisa melupakan insiden robohnya menara XL yang menimpa bangunan sekolah. Idrus memastikan pemulihan trauma dilakukan hingga kondisi anak didik membaik.
"Sehingga proses belajar dan perkembangan siswa tidak terganggu," ujarnya.
Baca: Dugaan Pidana Robohnya Menara XL Didalami
Pemulihan trauma juga dilakukan dengan menyediakan perpustakaan keliling. Agar anak didik bisa mengalihkan trauma dengan membaca buku.
Kepala SSN 240 ba'do-ba'do Nurmiati mengaku 99 persen anak didik telah kembali bersekolah. Dia mengatakan sempat meliburkan anak didik yang mengalami trauma.
"Hanya anak-anak yang masih dirawat (belum masuk) karena masih proses penyembuhan," ujar Nurmiati.
Baca: Siswa Korban Menara Roboh Masih Dirawat Intensif
Menara operator telekomunikasi XL di Dusun Ba'do-ba'do, Desa Baji Mangai, roboh pada Selasa, 13 Agustus 2019. Menara setinggi 25 meter itu menimpa enam siswa di SDN 240 Ba'do-ba'do.
Kepala Desa Baji Mangai, Abdul Latief, mengungkap menara yang berdiri sejak 2016 itu tidak memiliki izin. Dia menerangkan dasar pembangunan menara hanya berupa tanda tangan warga sekitar.
Makassar: Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kabupaten Maros menggandeng rumah dongeng untuk memulihkan trauma siswa SDN 240 Ba'do-ba'do, Desa Baji Mangai, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Para siswa tampak semangat saat dongen dibacakan.
"Kami berupaya menghilangkan trauma anak-anak dengan dongeng," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kabupaten Maros, Idrus, di SDN 240 Ba'do-ba'do, Rabu 21 Agustus 2019.
Dia mengungkap dongeng dipilih agar anak-anak bisa melupakan insiden robohnya menara XL yang menimpa bangunan sekolah. Idrus memastikan pemulihan trauma dilakukan hingga kondisi anak didik membaik.
"Sehingga proses belajar dan perkembangan siswa tidak terganggu," ujarnya.
Baca: Dugaan Pidana Robohnya Menara XL Didalami
Pemulihan trauma juga dilakukan dengan menyediakan perpustakaan keliling. Agar anak didik bisa mengalihkan trauma dengan membaca buku.
Kepala SSN 240 ba'do-ba'do Nurmiati mengaku 99 persen anak didik telah kembali bersekolah. Dia mengatakan sempat meliburkan anak didik yang mengalami trauma.
"Hanya anak-anak yang masih dirawat (belum masuk) karena masih proses penyembuhan," ujar Nurmiati.
Baca: Siswa Korban Menara Roboh Masih Dirawat Intensif
Menara operator telekomunikasi XL di Dusun Ba'do-ba'do, Desa Baji Mangai, roboh pada Selasa, 13 Agustus 2019. Menara setinggi 25 meter itu menimpa enam siswa di SDN 240 Ba'do-ba'do.
Kepala Desa Baji Mangai, Abdul Latief, mengungkap menara yang berdiri sejak 2016 itu tidak memiliki izin. Dia menerangkan dasar pembangunan menara hanya berupa tanda tangan warga sekitar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)