Deputi bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK  Sigit Priohutomo -- Foto: Medcom.id/ Gervin Nathaniel
Deputi bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK Sigit Priohutomo -- Foto: Medcom.id/ Gervin Nathaniel

Belum Ada Korban Meninggal Akibat Malaria di Lombok

Gervin Nathaniel Purba • 17 September 2018 14:48
Jakarta: Pemerintah melalui Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyatakan belum ada korban jiwa akibat penyakit malaria pascagempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hal ini menyusul ratusan pengungsi yang mulai terjangkit malaria tropika.
 
"Belum ada (pengungsi yang meninggal akibat malaria)," ujar Deputi bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Sigit Priohutomo saat konferensi pers di kantor pusat Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Senin, 17 September 2018.
 
Dari total 3.779 orang yang diperiksa masal malaria (mass blood survey/MBS), kata Sigit 110 orang di antaranya dinyatakan positif terkena malaria dan 10 orang dinyatakan bergejala. Pemeriksaan dilakukan di Puskesmas Penimbung dan Merinting, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

"91 persen penderita malaria yang ditemukan secara aktif, tidak bergejala malaria," kata Sigit.
 
Menurutnya, perubahan perilaku menjadi penyebab banyak pengungsi terkena malaria. Situasi di Lombok, khususnya Lombok Barat sedang mengalami kekeringan seusai gempa, sehingga persediaan air untuk kebutuhan sehari-hari menjadi minim.
 
Hal ini mendorong para pengungsi untuk mencari sumber air. Namun, sumber air yang ditemukan dalam kondisi yang tidak biasa alias tempat nyamuk malaria bersarang. Lalu ketika kembali ke tempat pengungsian penyakit tersebut menular kepada pengungsi lainnya.
 
"Ini jadi penyebab penularan dan sebagainya," ungkapnya.
 
Sigit menambahkan tim dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Dinas Kesehatan setempat, telah mengobati para pengungsi yang dinyatakan positif dan bergejala malaria. Tindakan ini telah dilakukan sejak ditemukannya kasus pertama pada 26 Agustus 2018.
 
"Dari Kemenkes juga telah menaburkan larvasida di beberapa danau dan sungai untuk mengurangi gejala malaria. Dengan larvasida dapat membunuh nyamuk ketika masih dalam bentuk larva. Bantuan logistik juga terus dikirimkan. Juga telah mengirimkan 2.000 kelambu untuk dipasang di tenda-tenda, sudah diterima Dinas Kesehatan Lombok Barat," sambung dia.
 
Dari 10 kabupaten/kota, lanjut Sigit, tiga di antaranya dinyatakan bebas dari malaria, yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kota Bima. Sementera itu, Kabupaten Sumbawa Barat dinyatakan endemis sedang.
 
Sementara Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Dompu, Kabupaten Sumbawa, dan Kabupaten Bima dinyatakan endemis rendah. Hingga saat ini, status kejadian luar biasa masih ditujukan pada Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat sejak 8 September 2018
 
"Endemis rendah itu maksudnya, (malaria) sewaktu-waktu ada, tapi tidak terjadi lonjakan kasus," katanya.
 
Sigit pun mengimbau para pengungsi untuk mewaspadai penyakit lain, seperti diare, flu, dan kista. "Namun semuanya itu masih bisa teratasi," pungkas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan