Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman, Epiphaha Kristiyani. Medcom.id/Ahmad Mustaqim
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman, Epiphaha Kristiyani. Medcom.id/Ahmad Mustaqim

Kualitas Udara di Sleman DIY Diklaim Baik

Ahmad Mustaqim • 16 Agustus 2023 14:52
Sleman: Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), masuk dalam daftar wilayah dengan polusi tinggi. Daftar itu dikeluarkan sebuah perusahaan teknologi di Swiss yang konsen pada isu polutan di udara, IQAir. 
 
IQAir menempatkan Kabupaten Sleman di posisi 8 di bawah beberapa wilayah lain dengan poin 157. Posisi Sleman di bawah Jakarta dengan poin yang sama. 
 
Sementara, wilayah lain di atas Sleman dan Jakarta ada Mempawah, Kalimantan Barat (159, posisi 6); Kabupaten Serang, Provinsi Banten (160, posisi 5); Kota Tangerang, Provinsi Banten (161, posisi 4); Kota Pontianak, Kalimantan Barat (163, posisi 3); Tangerang Selatan, Provinsi Banten (169, posisi 2); dan Terentang, Kalimantan (177, posisi 1). 

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman, Epiphaha Kristiyani membantah temuan IQAir. Menurut dia, kualitas udara di Sleman tak melebihi baku mutu. 
 
"Informasi saja hasil pemeriksaan kualitas udara di Sleman 2022 dengan parameter SOx dan NOx tidak melampaui baku mutu," kata Epiphaha, Rabu, 16 Agustus 2023. 
 
Ia mempertanyakan metode penghitungan dan parameter menghitung kualitas udara yang dilakukan IQAir. Sebab sudah ada penghitungan kualitas udara yang dilakukan di wilayahnya. 
 
"Saya pengin tahu masuk tercemar itu dasarnya, parameter apa yang melampaui baku mutu. Kami baru saja mencopot pasif sampler untuk dianalisis di laboratorium," ujarnya. 

Warga Bakar Sampah


Selain hal itu, ada sejumlah titik yang terjadi pembakaran sampah di Kabupaten Sleman. Ia mengakui mendapat laporan dan kejadian itu. Bahkan ada yang berimbas fatal. 
 
"Enggak usah pakai bakar membakar sampah. Kalau membakar (sampah) efeknya bisa terjadi kebakaran. Contohnya kasus di (Desa) Minomartani (Kecamatan Kalasa), seorang ibu bakar sampah, gudangnya ikut terbakar," ungkap dia.
 
Ia mengakui membakar sampah memengaruhi kualitas udara. Namun, dia tak setuju dengan tindakan membakar sampah tersebut. 
 
"Prinsip saya tak setuju. Kalau memilah sampah sudah baik, yang anorganik dan organik dikelola, sebetulnya selesai," ucapnya.
 
Selain itu, ia menyoroti perilaku mencampur sampah organik dan anorganik menjadi satu kantong. Kemudian, sampah tersebut dibakar. 
 
"Kalau dibakar pasti banyak asap. Terhirup orang sakit pernapasan, bisa sakit. Lalu, sampah basah dan kering dibakar terjadi pembakaran tak sempurna akan muncul gas rumah kaca. Kalau gas rumah kaca terlalu banyak, bumi jadi panas, terjadi pemanasan global. Es kutub mencair. Kalau es mencair pasti tenggelam lah itu daratan," terang dia. 
 
Ia pun meminta masyarakat bisa mengelola sampah dengan baik, baik organik maupun anorganik. Pengelolaan di tingkat rumah tangga akan menurunkan risiko persoalan sampah. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan