Bogor: Perajin batik asal Kota Bogor, Jawa Barat, Sri Ratna Handayani Budhie tetap membatik di tengah pandemi covid-19. Baginya, menghasilkan karya batik dengan motif, makna, dan filosofi khusus dari setiap kain mampu mengangkat kultur atau budaya Kota Hujan.
Mengenal batik secara otodidak sejak 2012, Sri mengaku telah menciptakan 65 motif batik terinspirasi dari budaya, simbol, dan kearifan lokal Kota Bogor. Sebanyak 13 motif di antaranya sudah bersertifikasi hak cipta.
"Ciri khas batik itu pasti mengangkat simbol kedaerahannya masing-masing. Kota Bogor punya ciri khas cukup banyak. Dari budaya, ikon, kearifan lokal, nilai-nilai kultur yang ada dan semua motif memiliki maknanya masing-masing," ujar Sri, di galeri Handayani Geulis Batik Bogor, Kota Bogor, Jumat, 2 Oktober 2020.
Baca juga: Batik Bukan Sekadar Tren, Tapi Jati Diri Bangsa
Ia memerinci beberapa makna motif batik yang telah bersertifikat seperti, batik Tilu Sauyunan yang bercerita tentang popularitas Kota Bogor dengan penduduknya yang ramah serta kuat. Dilambangkan dengan bunga besar khas Kebun Raya Bogor yakni Amorphophallus Titanium atau bunga bangkai, daun talas, dan kujang sebagai senjata tradisional Jawa Barat.
Kemudian, Batik Wibawaning Hayyu, tentang delapan nasehat kehidupan dari alam. Manusia bisa meniru sifat alam untuk menjalani kehidupan yang seimbang.
"Ada juga motif yang terinspirasi dari ikon Kota Bogor, yaitu batik Angkot, antara sukses dan benci. Boleh jadi kita tidak menyukainya, padahal ia berguna bagi kita. Boleh jadi kita menyukainya namun kadang membuat kita kesal," beber dia.
Lebih lanjut, ada juga batik Patepung Lawung, maknanya wujud rasa terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas segala anugerah untuk Bogor. Kekayaan flora dan fauna serta alam yang sejuk dan indah.
"Bogor itu sunda, jadi lebih menyukai warna-warna terang. Desain motif warna yang saya buat kebanyakan dengan warna-warna terang. Namun untuk saat ini kami lebih menyesuaikan ke kalangan milenial, jadi kami produksi kaos, atau baju yang tidak monoton dan tidak otentik," jelasnya.
Bogor: Perajin batik asal Kota Bogor, Jawa Barat, Sri Ratna Handayani Budhie tetap membatik di tengah pandemi covid-19. Baginya, menghasilkan
karya batik dengan motif, makna, dan filosofi khusus dari setiap kain mampu mengangkat kultur atau budaya Kota Hujan.
Mengenal batik secara otodidak sejak 2012, Sri mengaku telah menciptakan 65 motif batik terinspirasi dari budaya, simbol, dan kearifan lokal Kota Bogor. Sebanyak 13 motif di antaranya sudah bersertifikasi hak cipta.
"Ciri khas batik itu pasti mengangkat simbol kedaerahannya masing-masing. Kota Bogor punya ciri khas cukup banyak. Dari budaya, ikon, kearifan lokal, nilai-nilai kultur yang ada dan semua motif memiliki maknanya masing-masing," ujar Sri, di galeri Handayani Geulis Batik Bogor, Kota Bogor, Jumat, 2 Oktober 2020.
Baca juga:
Batik Bukan Sekadar Tren, Tapi Jati Diri Bangsa
Ia memerinci beberapa makna motif batik yang telah bersertifikat seperti, batik Tilu Sauyunan yang bercerita tentang popularitas Kota Bogor dengan penduduknya yang ramah serta kuat. Dilambangkan dengan bunga besar khas Kebun Raya Bogor yakni Amorphophallus Titanium atau bunga bangkai, daun talas, dan kujang sebagai senjata tradisional Jawa Barat.
Kemudian, Batik Wibawaning Hayyu, tentang delapan nasehat kehidupan dari alam. Manusia bisa meniru sifat alam untuk menjalani kehidupan yang seimbang.
"Ada juga motif yang terinspirasi dari ikon Kota Bogor, yaitu batik Angkot, antara sukses dan benci. Boleh jadi kita tidak menyukainya, padahal ia berguna bagi kita. Boleh jadi kita menyukainya namun kadang membuat kita kesal," beber dia.
Lebih lanjut, ada juga batik Patepung Lawung, maknanya wujud rasa terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas segala anugerah untuk Bogor. Kekayaan flora dan fauna serta alam yang sejuk dan indah.
"Bogor itu sunda, jadi lebih menyukai warna-warna terang. Desain motif warna yang saya buat kebanyakan dengan warna-warna terang. Namun untuk saat ini kami lebih menyesuaikan ke kalangan milenial, jadi kami produksi kaos, atau baju yang tidak monoton dan tidak otentik," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)