Petani sayur di Jayapura, Papua, Victor Permenas, misalnya, mengaku hasil penjualan sayur turun hingga 50 persen sejak hari virus korona melanda.
"Biasanya kalau setiap hari banyak orang datang beli tapi selama virus korona, pembeli sudah berkurang. Hanya pedagang keliling saja yang datang beli, itu pun mereka kurangi,” kata Victor, Rabu, 15 April 2020.
Kata Victor, pada Januari lalu, ia mampu meraup omzet hingga Rp2 juta sekali panen dari lahan yang ia olah. Namun pada Maret, omzet menurun drastis dengan rata-rata penghasilan sekali panen Rp900 ribu hingga Rp1 juta.
Baca juga: PSBB Pekanbaru tak Ganggu Logistik
“Saya bersyukur masih bisa menutupi uang sewa lahan dan kebutuhan sehari-hari. Satu bedeng saya sewa Rp50 ribu satu bulan. Jadi kalau satu bulan Rp350 ribu, masih ada sisa untuk kebutuhan sehari-hari dan uang tabungan,” ujarnya.
Berkurangnya pembeli, ungkapnya, tak lepas dari imbauan pemerintah agar masyarakat tetap tinggal dan bekerja dari rumah demi mencegah penularan virus korona.
Hal sama diungkapkan petani sayur lainnya, Debora. Ia mengatakan selama virus korona terjadi penurunan penjualan, karena banyak warga yang tak lagi datang.
“Penjualan sehari-hari saya mengandalkan pedagang keliling dan warga yang kebetulan lewat dan singgah membeli. Bila dibandingkan hari biasa (penjualan di kebun) dari 100 ikat (sayur) menjadi 60 ikat,” kata Debora.
Baca juga: Pemuda di Sumenep Sukarela Produksi Alat Pelindung Wajah
Agar bisa meningkatkan penjualan, dikatakan Debora, sayur yang panen dibawa langsung ke pasar.
“Biasanya banyak warga yang lewat, mereka singgah beli sayur tapi sekarang ini sudah kurang. Selama virus korona, langganan sudah berkurang. Kalau biasanya 50 ikat, sekarang hanya bisa ambil 15 hingga 20 ikat,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id