Ilustrasi-Pexels
Ilustrasi-Pexels

Sejumlah Budayawan Pertanyakan Hari Jadi Jombang

Amir Zakky • 04 Oktober 2020 14:38
Jombang: Sejumlah budayawan dan pemerhati sejarah di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menolak penetapan tanggal 21 Oktober sebagai Hari Jadi Pemerintahan Kabupaten Jombang. Mereka menyebut penetapan itu bernuansa politis dan tercerabut dari akar sejarah masyarakat secara utuh.
 
"Tanggal 21 Oktober tahun 1910 yang dijadikan acuan Pemkab sebagai hari jadi, tidak cocok dengan fakta sejarah. Justru saya melihat ada nuansa politis dan terlalu dipaksakan karena fakta sejarahnya bernuansa Nederland sentris," kata Ketua Lembaga Pengembangan Potensi Masyarakat Jombang (LP2M), Moh Hamim Thohari, di JOmbang, Minggu, 4 Oktober 2020.
 
Baca: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Sleman

Hamim menjelaskan dalam proses penetapan hari jadi, seharusnya pemkab mempertimbangkan 5 kriteria. Pertama data historis yang berkaitan dengan tekstual dan artefaktual. Kedua adanya pemerintahan yang teratur pada waktu itu. Dan ketiga mempunyai identitas lokal.
 
Kriteria ke empat yakni ada sejarah yang menimbulkan kebanggaan bagi daerah. Sedangkan kriteria kelima ada sejarah yang bersifat Indonesia-sentris dan bukan sejarah yang bersifat naderland sentris.
 
"Jadi tanggal 21 Oktober 1910 itu jelas ada cacat sejarah. Karena massa itu merupakan awal dari pemerintahan pertama di Kabupaten Jombang, dimasa penjajahan belanda. Masak hari jadi itu aromanya penjajahan, bukan perjuangan, kan jadi aneh," jelasnya.
 
Dikatakan Hamim dalam catatan sejarah ada tiga pilihan yang seharusnya bisa dijadikan pijakan dalam menentukan hari jadi. Tiga era itu merupakan jejak sejarah bangsa dan bukan jejak sejarah penjajahan belanda, seperti tanggal 13 Desember 1323, tanggal 3 April 1022 dan 06 November 1041.
 
 
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan