Malang: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengimbau masyarakat Kabupaten Malang mewaspadai fenomena La Nina. BPBD tengah menyiapkan strategi mengantisipasi potensi bencana akibat fenomena tersebut.
Kepala BPBD Kabupaten Malang, Bambang Istiawan, mengatakan telah melakukan beberapa persiapan mengingat kondisi geografis Kabupaten Malang beragam. Mulai dari pesisir, perbukitan, tebing hingga pegunungan yang memiliki potensi bencananya masing-masing.
"Artinya, ada atau tidak ada fenomena La Nina, kesiapan-kesiapan ini sudah kami lakukan. Karena memang, wilayah Kabupaten Malang yang geografisnya bermacam-macam ini memiliki potensi bencananya masing-masing," katanya, Selasa 13 Oktober 2020.
Potensi bencana yang terjadi akibat fenomena La Nina antara lain tanah longsor, banjir hingga banjir bandang. Bencana tersebut biasanya terjadi akibat hujan secara terus menerus dengan diikuti angin kencang.
"Iya ini memang perubahan iklim dan cuaca. Perubahan cuaca itu tidak mengenal batas wilayah. Ini seharusnya kalau dari jadwalnya kan masih musim panas, tapi terkadang turun hujan dan hujannya terkadang juga ekstrem, itu yang harus ada kewaspadaan," jelasnya.
Baca: Prediksi UGM: La Nina Terjadi Akhir Tahun Hingga Februari 2021
Saat ini, BPBD cukup intens berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta lembaga stasiun cuaca dan lain-lain. Hal tersebut untuk mengantisipasi kondisi tak terduga terkait kebencanaan.
"Yang jelas rutin itu stasiun cuaca Brawijaya, BMKG yang membidangi cuaca dan gempa, pihak kemaritiman karena wilayah kita juga ada yang pesisir, rekan-rekan di bandara juga kami ajak koordinasi dan lembaga-lemabaga lain yang memiliki radar cuaca," terangnya.
Bambang mengimbau masyarakat Kabupaten Malang untuk waspada terhadap fenomena La Nina. Terutama bagi masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah dengan potensi bencana.
"Masyarakat pastinya saya rasa paham. Ada atau tidak adanya La Nina, ataupun ada atau tidak ada perubahan cuaca yang ekstrem, sosialisasi kepada masyarakat dan koordinasi juga terus kami lakukan," tukasnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut akan terjadi iklim anomali La Nina di Indonesia. Berdasarkan historis La Nina di Indonesia, fenomena ini menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan hingga 40 persen di atas normal.
Baca: BMKG: Sebagian Wilayah Indonesia Dilanda Curah Hujan Tinggi
Sekretaris Pusat Studi Bencana UGM, Andung Bayu, mengatakan La Nina dan pasangannya yaitu El Nino atau disebut dengan El-Nino Southern Oscillation/ENSO, merupakan gejala perubahan atmosfer yang umumnya memengaruhi kondisi cuaca secara musiman di Indonesia dan negara-negara lain di sekitar Samudra Pasifik.
La Nina adalah peristiwa turunnya suhu air laut di Samudera Pasifik di bawah suhu rata rata sekitarnya. Sedangkan, El Nino adalah kejadian di mana suhu air laut yang ada di Samudra Pasifik memanas di atas rata-rata suhu normal.
"El Nino dan La Nina memiliki rentang waktu pengulangan setiap dua hingga tujuh tahun. Berdasarkan acuan sejarah, El Nino ditemukan terlebih dahulu dibanding La Nina," kata Andung, Selasa, 13 Oktober 2020.
Malang: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengimbau masyarakat Kabupaten Malang mewaspadai
fenomena La Nina. BPBD tengah menyiapkan strategi mengantisipasi potensi bencana akibat fenomena tersebut.
Kepala BPBD Kabupaten Malang, Bambang Istiawan, mengatakan telah melakukan beberapa persiapan mengingat kondisi geografis Kabupaten Malang beragam. Mulai dari pesisir, perbukitan, tebing hingga pegunungan yang memiliki potensi bencananya masing-masing.
"Artinya, ada atau tidak ada fenomena La Nina, kesiapan-kesiapan ini sudah kami lakukan. Karena memang, wilayah Kabupaten Malang yang geografisnya bermacam-macam ini memiliki potensi bencananya masing-masing," katanya, Selasa 13 Oktober 2020.
Potensi bencana yang terjadi akibat fenomena La Nina antara lain tanah longsor, banjir hingga banjir bandang. Bencana tersebut biasanya terjadi akibat hujan secara terus menerus dengan diikuti angin kencang.
"Iya ini memang perubahan iklim dan cuaca. Perubahan cuaca itu tidak mengenal batas wilayah. Ini seharusnya kalau dari jadwalnya kan masih musim panas, tapi terkadang turun hujan dan hujannya terkadang juga ekstrem, itu yang harus ada kewaspadaan," jelasnya.
Baca: Prediksi UGM: La Nina Terjadi Akhir Tahun Hingga Februari 2021
Saat ini, BPBD cukup intens berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta lembaga stasiun cuaca dan lain-lain. Hal tersebut untuk mengantisipasi kondisi tak terduga terkait kebencanaan.
"Yang jelas rutin itu stasiun cuaca Brawijaya, BMKG yang membidangi cuaca dan gempa, pihak kemaritiman karena wilayah kita juga ada yang pesisir, rekan-rekan di bandara juga kami ajak koordinasi dan lembaga-lemabaga lain yang memiliki radar cuaca," terangnya.