Yogyakarta: Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, memastikan tak menutup kawasan wisata Malioboro meski muncul kasus penularan covid-19 dari pedagang kaki lima (PKL). Penutupan hanya dilakukan di zona tempat PKL terkonfirmasi positif korona.
"Belum perlu dilakukan penutupan sementara Malioboro. Kita masih memberikan izin bagi ruas-ruas di zona 3 maupun zona lain," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, Selasa, 8 September 2020.
Menurut Heroe, PKL terkonfirmasi positif korona itu merupakan perempuan 68 tahun, warga Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan. Yang bersangkutan berjualan tas dan dompet di zona tiga Malioboro.
PKL tersebut sempat mengalami demam dan melakukan tes usap pada 2 dan 3 September 2020. Kemudian pada 4 September hasil menunjukkan positif dan pada sore di hari yang sama yang bersangkutan meninggal.
Baca juga: 109 Pasien Positif Covid-19 di Serdang Bedagai Sembuh
Heroe mengungkapkan penelusuran kontak erat atas kasus itu masih berjalan dengan total 15 orang melakukan kontak erat. Tujuh orang di antaranya merupakan anggota keluarga, dan ada pula yang sempat mengantar berobat serta berjualan. Sedangkan delapan orang sisanya merupakan sesama pedagang di Malioboro.
"Kita masih tracing dan swab. Keputusan lanjut akan melihat hasil tracing seperti apa," katanya.
Di sisi lain, Heroe menginstruksikan sterilisasi atau penyemprotan disinfektan di zona 3 tempat PKL berjualan dan sekitarnya. Sterilisasi dilakukan UPT Malioboro dan komunitas.
"Sampai saat ini kasus covid-19 masih bisa dikendalikan. Jumlah kontak erat sekitar 15 dan harus kita swab. Yang swab baru satu orang," ujar dia.
Heroe menambahkan, PKL yang sempat kontak erat juga telah diminta isolasi mandiri. Pihaknya juga perlu waktu untuk mengumpulkan sejumlah data dalam penanganan kasus itu.
"Sejak awal sudah disampaikan ke komunitas agar lansia tidak beraktivitas di luar rumah, termasuk yang punya komorbid (penyakit bawaan). Dari kasus ini, mau menguatkan kembali pesan itu. Kasus positif banyak tanpa gejala. Penyebaran akan besar kalau lansia tak membatasi interaksi," tegas dia.
Yogyakarta: Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, memastikan tak menutup kawasan wisata Malioboro meski muncul kasus penularan
covid-19 dari pedagang kaki lima (PKL). Penutupan hanya dilakukan di zona tempat PKL terkonfirmasi positif korona.
"Belum perlu dilakukan penutupan sementara Malioboro. Kita masih memberikan izin bagi ruas-ruas di zona 3 maupun zona lain," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, Selasa, 8 September 2020.
Menurut Heroe, PKL terkonfirmasi positif korona itu merupakan perempuan 68 tahun, warga Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan. Yang bersangkutan berjualan tas dan dompet di zona tiga Malioboro.
PKL tersebut sempat mengalami demam dan melakukan tes usap pada 2 dan 3 September 2020. Kemudian pada 4 September hasil menunjukkan positif dan pada sore di hari yang sama yang bersangkutan meninggal.
Baca juga:
109 Pasien Positif Covid-19 di Serdang Bedagai Sembuh
Heroe mengungkapkan penelusuran kontak erat atas kasus itu masih berjalan dengan total 15 orang melakukan kontak erat. Tujuh orang di antaranya merupakan anggota keluarga, dan ada pula yang sempat mengantar berobat serta berjualan. Sedangkan delapan orang sisanya merupakan sesama pedagang di Malioboro.
"Kita masih tracing dan swab. Keputusan lanjut akan melihat hasil tracing seperti apa," katanya.
Di sisi lain, Heroe menginstruksikan sterilisasi atau penyemprotan disinfektan di zona 3 tempat PKL berjualan dan sekitarnya. Sterilisasi dilakukan UPT Malioboro dan komunitas.
"Sampai saat ini kasus covid-19 masih bisa dikendalikan. Jumlah kontak erat sekitar 15 dan harus kita swab. Yang swab baru satu orang," ujar dia.
Heroe menambahkan, PKL yang sempat kontak erat juga telah diminta isolasi mandiri. Pihaknya juga perlu waktu untuk mengumpulkan sejumlah data dalam penanganan kasus itu.
"Sejak awal sudah disampaikan ke komunitas agar lansia tidak beraktivitas di luar rumah, termasuk yang punya komorbid (penyakit bawaan). Dari kasus ini, mau menguatkan kembali pesan itu. Kasus positif banyak tanpa gejala. Penyebaran akan besar kalau lansia tak membatasi interaksi," tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)