Deretan tanker yang berada di Arab Saudi. Foto: AFP
Deretan tanker yang berada di Arab Saudi. Foto: AFP

Tanker Yunani Terkena Ledakan dari Kapal Houthi di Arab Saudi

Fajar Nugraha • 26 November 2020 05:55
Riyadh: Sebuah ledakan mengguncang sebuah kapal tanker yang dioperasikan Yunani yang berlabuh di pelabuhan Shuqaiq di Laut Merah, Arab Saudi pada Rabu 25 November 2020. Koalisi pimpinan Arab Saudi sebut pemberontak Houthi di Yaman menjadi dalangnya.
 
Pemilik kapal tanker berbendera Malta, Agrari, mengatakan kapal itu "diserang oleh sumber yang tidak diketahui" ketika sedang bersiap untuk berangkat dari Shuqaiq. Tetapi tidak ada korban yang dilaporkan.
 
“Agrari diserang sekitar satu meter di atas permukaan air dan mengalami kerusakan," kata TMS Tankers, pemilik kapal yang berbasis di Yunani, seperti dikutip AFP, Kamis 26 November 2020.

"Sudah dipastikan bahwa awaknya aman dan tidak ada korban luka. Tidak ada polusi yang dilaporkan,” imbuh pihak TMS Tankers.
 
“Investigasi sedang dilakukan setelah otoritas Saudi, termasuk penjaga pantai, naik ke kapal yang tertimpa bencana,” tambahnya.
 
Baca: Houthi Klaim Hantam Kilang Aramco Pakai Rudal Iran.
 
Ada 25 anggota awak di atas kapal, termasuk tujuh warga Yunani, menurut seorang pejabat di kementerian kelautan perdagangan Yunani.
 
"Ledakan itu terjadi sekitar pukul 03.00 waktu setempa, tetapi penyebabnya belum dapat diidentifikasi," kata pejabat kementerian itu.
 

 
Beruntung kapal tanker itu tidak membawa kargo saat ledakan terjadi.
 
Koalisi militer pimpinan Saudi mengkonfirmasi bahwa sebuah kapal komersial mengalami kerusakan ringan di Laut Merah pada Rabu.
 
Tapi tanpa menyebut nama kapal itu, dikatakan bahwa insiden itu terjadi ketika sebuah kapal sarat bahan peledak yang diluncurkan oleh pemberontak Houthi Yaman dicegat dan dihancurkan.
 
“Kapal komersial tersebut rusak oleh pecahan peluru dari perahu yang penuh bahan peledak itu,” kata koalisi tersebut seperti dikutip oleh televisi Al-Ekhbariya milik pemerintah Saudi.
 
"Tindakan bermusuhan dari milisi Houthi mengancam jalur pelayaran dan perdagangan global," kata koalisi tersebut, tanpa memberikan rincian.

Kampanye militer

Tidak ada reaksi langsung dari Houthi. Tetapi insiden itu terjadi ketika pemberontak yang didukung Iran meningkatkan serangan terhadap negara tetangga Arab Saudi sebagai pembalasan atas kampanye militer lima tahun yang dipimpin oleh kerajaan di Yaman.
 
Dryad Global, sebuah firma intelijen maritim yang berbasis di London, mengatakan bahwa sumber-sumber yang tidak disebutkan namanya dalam koalisi itu mengindikasikan ledakan itu adalah "hasil dari alat peledak improvisasi yang diluncurkan oleh Houthi (WBIED)".
 
Baca: Arab Saudi Sebut Serangan Houthi di Aramco sebagai Tindakan Pengecut.
 
"Kapal-kapal yang transit di kawasan Laut Merah diingatkan bahwa konflik regional ada dimana ada kemungkinan yang realistis bahwa kapal berbendera Saudi dan mereka yang berlayar di pelabuhan selatan Saudi berada dalam resiko sedang," kata Dryad Global dalam sebuah laporan.
 
Insiden itu terjadi dua hari setelah pemberontak Houthi mengatakan mereka menyerang pabrik yang dioperasikan oleh raksasa energi Saudi Aramco di Jeddah dengan rudal Quds-2.
 
Serangan, yang menggarisbawahi kerentanan infrastruktur Arab Saudi saat konflik Yaman berkecamuk, merobek lubang di atap tangki minyak, memicu ledakan dan kebakaran.
 

Serangan ke Jeddah, yang terletak sekitar 600 kilometer dari perbatasan Yaman, merupakan indikasi kemajuan persenjataan pemberontak. Arab Saudi telah berulang kali menuduh Iran memasok senjata canggih kepada Houthi, tuduhan yang dibantah oleh Teheran.
 
Arab Saudi terjebak dalam rawa militer di Yaman, yang telah terkunci dalam konflik sejak pemberontak Huthi menguasai ibu kota Sanaa pada tahun 2014 dan terus merebut sebagian besar wilayah utara.
 
Koalisi pimpinan Saudi melakukan intervensi pada tahun berikutnya untuk mendukung pemerintah yang diakui secara internasional, tetapi konflik itu tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.
 
Meskipun memiliki daya tembak yang superior dan investasi senilai miliaran dolar untuk perangkat keras militer, koalisi telah berjuang untuk mengusir pemberontak dari benteng utara mereka, termasuk Sanaa.
 
Puluhan ribu orang, kebanyakan warga sipil, telah tewas dan jutaan mengungsi dalam apa yang oleh PBB disebut sebagai bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan