Sinwar menjadi pemimpin tertinggi Hamas setelah kematian Ismail Haniyeh bulan Juli di Tehran dan diduga menjadi dalang utama serangan 7 Oktober 2023 yang membuatnya menjadi buronan nomor satu Israel.
Dia baru-baru ini pada 17 Oktober 2024, tewas dalam operasi militer Israel di Rafah, ini profilnya.
Profil Yahya Sinwar

Gambar: Kamp Khan Younis, 1960-an. (Dok. UNRWA)
Yahya Sinwar lahir pada tahun 1962 di kamp pengungsi Khan Yunis yang dibina oleh Agensi Pengungsi PBB (UNRWA) dari keluarga yang mengungsi dari al Majdal Asqalan (sekarang Ashkelon) setelah kehilangan rumah mereka ditengah perang Israel-Arab 1948.
Kamp tersebut dipenuhi oleh keluarga-keluarga tidak mampu yang bernasib naas dikarenakan perang yang terjadi, Britannica mendeskripsikan kondisi kamp tersebut "menyedihkan".
Pada awal 1980-an dia mulai mengampu pendidikan di Universitas Islam Gaza mempelajari studi bahasa Arab.
Pada masa itu, para aktivis Palestina bergerak atas ideologi Islamisme setelah ideologi Pan-Arabisme dinilai gagal menyelesaikan konflik Palestina. Sinwar ditahan pada tahun 1982 dikarenakan aktivitasnya dalam organisasi aktivis dengan ideologi tersebut.

Gambar: Salah Shehade. (Wikipedia)
Dalam masa tahanannya di penjara Far'a, dia bertemu dengan sosok yang akan menjadi pemimpin tinggi Hamas, Salah Shehade dan mendedikasikan dirinya untuk Palestina.
Setelah dibebaskan dari penahanan keduanya tahun 1985, Sinwar membentuk organisasi Majd yang berdedikasi untuk menemukan kolaborator Israel di antara penduduk Palestina.
Ketika Hamas dibentuk pada tahun 1987, anggota-anggota organisasi ini menjadi kader keamanan Hamas.
Pada tahun 1989, Sinwar dijatuhi hukuman seumur hidup karena membunuh 4 warga Palestina yang dicurigai berkolaborasi dengan Israel.
Dia kemudian dibebaskan pada tahun 2011 sebagai hasil negosiasi pembebasan tentara IDF Gilad Shalit antara Israel dan Palestina, bersama 1026 tahanan Palestina lainnya.
%20dan%20Yahya%20Sinwar%20(kanan).jpg)
Gambar: Ismail Haniyeh (Kiri) dan Yahya Sinwar (Kanan). (Abed Rahim Khatib / Flash 90)
Setelah bebas, Sinwar dimasukkan ke dalam biro politik Hamas dan menjadi Menteri Pertahanan Hamas.
Pengalamannya untuk memimpin tahanan Hamas selama mendekam dipenjara, keahliannya untuk menemukan kolaborator Israel, serta karismanya yang didapat selama belajar studi Bahasa Arab di perkuliahan membuatnya menjadi menaikkan pamornya dalam organisasi.
Selama operasi Israel tahun 2012 di Jalur Gaza, Sinwar bertemu dengan Pasukan Quds dari Korps Garda Revolusi Iran Qasem Soleimani di Tehran, yang memulai hubungan dekat antara Iran dan Hamas.
Sinwar dibebaskan ketika warga Palestina memasuki masa pesimisme lebih rendah dari biasanya. Perjanjian Oslo yang menjamin pembentukan negara Palestina, pudar dikarenakan bom bunuh diri Hamas dan pembunuhan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin pada tahun 1995 oleh ekstremis Yahudi.
.jpeg)
Sumber: MAHMUD HAMS/AFP
Sinwar menjadi Pemimpin De Facto Hamas di Jalur Gaza pada tahun 2017. Sinwar menyampaikan retorika tajam yang menusuk hati para mujahidin di Gaza, mengklaim bahwa "waktu bagi Hamas mencari pengakuan Israel sudah usai. Sekarang waktunya untuk menghancurkan Israel".
Pada tahun 2023, Hamas menyerang Israel dalam operasi yang dijuluki "operasi Banjir Al-Aqsa" dimana mereka menembakan 2200 roket ke Israel Selatan, membunuh 1200 warga Israel dan menculik 240 lainnya.

Gambar: Serangan 7 Oktober 2023. (AFP)
Hamas sejak saat itu, menggunakan sandera-sandera Israel untuk menuntut pembebasan Palestina dari okupasi Israel yang memulai perang Israel-Hamas yang telah berlangsung lebih dari setahun.
Yahya Sinwar Tewas
Israel pada bulan September melakukan investigasi kemungkinan kematian Yahya Sinwar dalam serangan udara Israel di Gaza. Alasannya dikarenakan Sinwar tidak melakukan komunikasi dengan anggota-anggota Hamas selama berminggu-minggu.Beberapa minggu kemudian, Sinwar melakukan kontak dengan pihak mediator di Qatar dan meminta jaminan Israel tidak akan membunuhnya ditengah negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera kedua pihak.

Gambar: Brigade Izzuddin al-Qassam Hamas. (AFP)
Pihak Amerika Serikat (AS) pada 9 Oktober 2024 percaya bahwa Yahya Sinwar masih hidup dan menjadi tetap menjadi pemilih keputusan tertinggi Hamas di Gaza.
Wall Street Journal pada 9 Oktober melaporkan bahwa Yahya Sinwar memperbarui perintah bom bunuh diri Hamas ke Israel dan pejabat tinggi Hamas secara pribadi mengatakan ke Qatar bahwa Sinwar menjadi "megalomaniac".
Namun, pada 17 Oktober 2024, Yahya Sinwar tewas dalam operasi militer Israel di Rafah, Gaza. Jasadnya diotopsi oleh Israel setelah ditemukan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), beberapa jam setelahnya, IDF secara resmi mengumumkan kematiannya.

Gambar: Khaled Meshaal. (AFP)
Pada 18 Oktober 2024, media Lebanon mengumumkan bahwa Khaled Meshaal akan menjadi pemimpin sementara Politbiro Hamas menggantikan Sinwar.
Meshaal sempat menduduki posisi tersebut dan pensiun tahun 2017, digantikan oleh Haniyeh yang tewas pada bulan Juli.
Baca Juga:
Profil Hashem Saffiedine: Calon Ketua Hizbullah yang Disebut Netanyahu Tewas
Israel Investigasi Kemungkinan Kematian Yahya Sinwar di Gaza
Israel Konfirmasi Pemimpin Politik Hamas Yahya Sinwar Tewas
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News