Milisi Amhara yang berperang bersama pasukan pemerintah melawan kelompok Front TPLF. Foto: AFP
Milisi Amhara yang berperang bersama pasukan pemerintah melawan kelompok Front TPLF. Foto: AFP

Militer Ethiopia Hantam Gudang Senjata Kelompok Anti Pemerintah

Fajar Nugraha • 12 November 2020 17:09
Tigray: Angkatan udara Ethiopia, Rabu, mengatakan telah mengebom gudang senjata dan bahan bakar di wilayah utara Tigray. Mereka ingin karena peningkatan pertempuran mendorong ribuan lebih banyak orang untuk berlindung di negara tetangga Sudan.
 
Perdana Menteri Abiy Ahmed mengirim pasukan dan pesawat tempur ke negara bagian federal Tigray pekan lalu. Pengerahan pasukan dilakukan setelah perselisihan selama berbulan-bulan dengan partai yang berkuasa, yang ia tuduh berusaha untuk membuat negara itu tidak stabil.
 
Baca: Konflik Tigray Sebabkan Ribuan Warga Ethiopia Mengungsi ke Sudan.

Abiy, penerima Nobel Perdamaian tahun lalu, mengatakan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) telah melewati batas dan menyerang dua pangkalan militer federal. Namun tuduhan itu  dibantah oleh TPLF.
 
Komandan angkatan udara Mayor Jenderal Yilma Merdassa mengatakan, jet tempur telah "mengebom senjata dan depot bahan bakar serta daerah lain yang telah direncanakan untuk digunakan oleh junta TPLF," lapor Fana Broadcast Corporate (FBC).
 
Alsir Khaled, kepala badan pengungsi Sudan di kota perbatasan timur Kassala, mengatakan 11.000 warga Ethiopia telah melarikan diri ke Sudan minggu ini.
 
Badan pengungsi PBB UNHCR mengatakan jumlah pengungsi "kemungkinan akan meningkat tajam" dan mendesak negara-negara tetangga untuk tetap membuka perbatasan mereka.
 
UNHCR tersebut mengatakan pihaknya juga sangat prihatin terhadap lebih dari 96.000 warga Eritrea yang tinggal di empat kamp pengungsi di Tigray, serta pekerja kemanusiaan.
 
"Jalan-jalan diblokir dan listrik, telepon dan internet mati, membuat komunikasi hampir tidak mungkin. Ada kekurangan bahan bakar, dan layanan perbankan terhenti yang mengakibatkan kekurangan uang tunai," kata UNHCR, seperti dikutip AFP, Kamis 12 November 2020.
 

 
Tigray berada di bawah pemadaman komunikasi sejak operasi militer diluncurkan pada 4 November. Ini menyebabkan kesulitan untuk memverifikasi situasi di lapangan karena kedua belah pihak membuat klaim yang saling bertentangan.

Militer rebut wilayah

Seorang penduduk ibu kota regional Mekele mengatakan kepada AFP bahwa tidak ada serangan udara di kota itu sejak Minggu. Sementara layanan telekomunikasi dan perbankan tidak berfungsi sedangkan toko-toko dan pasar telah dibuka kembali.
 
Kepala divisi indoktrinasi angkatan bersenjata Mohammed Tessema mengatakan kota Humera di Tigray barat "di bawah kendali penuh" tentara.
 
"Tentara saat ini merebut kembali tempat-tempat di jalan dari kota Humera ke kota Sheraro,” ujar Tessema kepada Kantor Berita milik negara Ethiopia, FBC.
 
Kepala divisi utara tentara Ethiopia, Mayor Jenderal Belay Seyoum, mengatakan kepada media nasional pada Selasa malam bahwa 550 pejuang musuh telah tewas dan 29 ditangkap sejauh ini.
 
Komunitas internasional telah mengungkapkan kekhawatirannya tentang konflik yang berpotensi berlarut-larut di negara terpadat kedua di Afrika itu. Abiy telah berulang kali berusaha untuk mempertahankan dan membenarkan operasi militer tersebut.
 
Dia mengatakan pada Selasa itu akan berakhir "segera setelah junta kriminal dilucuti, pemerintahan yang sah di wilayah itu dipulihkan, dan buronan ditangkap dan dibawa ke pengadilan."
 

 
Kota Addis Ababa mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa selama tiga hari dari Kamis, "demonstrasi damai" untuk mendukung pasukan pertahanan akan berlangsung di ibu kota, serta donor darah, dan pengumpulan sumbangan tunai.

Tentara, wartawan ditangkap

FBC, mengutip polisi, juga melaporkan bahwa 17 perwira militer telah ditangkap karena menciptakan “tanah subur" bagi TPLF untuk menyerang tentara nasional.
 
Para perwira, yang pangkatnya tidak disebutkan dalam laporan itu, dituduh memutus sistem komunikasi antara komando utara dan tengah militer. Ini dianggap sebagai sebuah tindakan yang digambarkan sebagai ‘pengkhianatan’.
 
Menurut FBC, salah satu tersangka adalah kepala departemen komunikasi angkatan darat, yang tertangkap sedang mengirimkan 11 kotak "berisi bahan peledak dan komponen rudal" ke TPLF.
 
Kepala komisi hak asasi manusia Ethiopia Daniel Bekele di Twitter menyatakan keprihatinan atas penangkapan enam jurnalis. Bekele mempertanyakan pihak keamanan yang tanpa memberikan rincian kapan mereka ditahan, dan atas tuduhan apa.
 
TPLF mendominasi politik di Ethiopia selama hampir tiga dekade sebelum Abiy berkuasa pada 2018. Sejak itu mereka mengeluh karena dikesampingkan dan disalahkan atas kesengsaraan negara, dan ketegangan antara kedua kubu meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
 
TPLF terus membantah serangan yang disebut Abiy sebagai penyebab operasi militer di Tigray. Namun, pada saat yang sama, pejabat pemerintah dan militer menggambarkan dugaan serangan tersebut dengan lebih rinci.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan