“Staf WHO melihat salah satu dari mereka (staf Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina/PRCS) diminta berlutut sembari ditodong senjata dan kemudian dibawa ke tempat tertutup. Di sana dia dilecehkan, dipukuli, ditelanjangi dan digeledah," kata WHO seperti diberitakan di laman PBB.
Perwakilan WHO di wilayah Palestina, Richard Peeperkorn, mengungkapkan bahwa petugas medis di Jalur Gaza menghadapi kendala dalam menjalankan misi karena tentara Israel menginspeksi staf medis di pos-pos pemeriksaan.
Baca juga: Erdogan: AS Punya Tanggung Jawab Pastikan Gencatan Senjata di Gaza |
Dua staf PRCS, yang sedang dalam perjalanan ke Gaza utara, ditahan selama lebih dari satu jam oleh tentara Israel.
"Tidak boleh ada seorang pun petugas medis yang ditahan," kata Peeperkorn.
WHO juga mengungkapkan truk bantuan yang membawa pasokan medis dan salah satu ambulans yang membawa pasien dari Rumah Sakit Al-Ahli tertembak saat memasuki Kota Gaza dan dalam perjalanan kembali menuju Gaza selatan.
"Iring-iringan medis kembali dihentikan di pos pemeriksaan yang sama, di mana staf PRCS dan sebagian besar pasien diharuskan meninggalkan ambulans untuk pemeriksaan keamanan," kata WHO.
WHO bahkan mengatakan pasien-pasien kritis yang masih berada dalam ambulans digeledah oleh tentara bersenjata.
Baca juga: Biden Diserbu Staf Pemerintahan yang Serukan Gencatan Senjata di Gaza |
Salah seorang dari dua staf PRCS yang ditahan sebelumnya dibawa untuk diinterogasi untuk kedua kalinya. hal ini membuat misi kemanusiaan dan penyaluran bantuan di Gaza berjalan sangat lambat.
“PRCS kemudian melaporkan bahwa selama proses pemindahan, salah satu pasien yang terluka meninggal dunia akibat lukanya tidak segera ditangani,” tambah WHO.
Sementara itu, seorang staf PRCS yang sempat ditahan mengaku dirinya dipukuli dan dipermalukan, kemudian dibiarkan berjalan ke arah selatan dengan tangan terikat di belakang punggung, tanpa pakaian atau sepatu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News