Pendaftar disaring berdasar kondisi kesehatan. Mereka harus sudah divaksinasi atau sudah pulih dari covid-19, usia antara 18 dan 65 tahun, tidak berhaji dalam lima tahun terakhir, dan bersedia membayar biaya.
Soal biaya, begitu mendaftar secara online, calon jemaah haji diberitahu bahwa mereka harus membayar. Panitia menawarkan tiga paket biaya layanan: 12 ribu, 14 ribu, dan 19 ribu riyal atau sekitar 60 juta sampai 80 juta rupiah. Jemaah yang terpilih diberitahu melalui telepon, kemudian diberi waktu tiga jam untuk memilih paket layanan dan membayarnya.

Suasana jemaah haji yang istirahat di tenda. Foto: VOA Indonesia
Sebagian jemaah, misalnya seorang karyawan perusahaan Aswin Mauludy Naufalfarras dan dua mahasiswa doktoral Akbar Nugroho Wicaksono dan Indra Arifianto, menilai biaya itu cukup besar. Jauh lebih tinggi dari ongkos naik haji (ONH) untuk orang lokal yang mereka ketahui, termurah 3.000 riyal.
“Cuma alhamdulillah kami tidak merasa terberatkan ya karena memang sudah diniatkan dan dipanggilnya tahun ini. Jadi, ya ikhtiar saja. Uang bisa dicarilah. Kesempatan ini, bisa jadi hanya datang sekali untuk tiap orang. Jadi, ya disyukuri saja,” tutur Akbar.
Sementara, Indra Arifianto mengatakan, “Memang terasa besar karena biasanya yang delapan ribu itu sudah yang VIP. Ini kok 12 ribu. Memang cukup besar. Tapi, kami sudah menyiapkan karena belum tentu tahun depan pandemi selesai dan punya kesempatan lagi berhaji, umur juga tidak ada yang tahu. Jadi, ya sudahlah, haji paling tidak sekali seumur hidup, mumpung ada kesempatan, ada rezeki, kita berangkat. Bismillah.”