Bagdad melihat Arar sebagai alternatif potensial untuk penyeberangannya dengan tetangga timur Iran, yang melaluinya Irak membawa sebagian besar impornya. Tetapi faksi pro-Iran di Irak telah berdiri teguh menentang hubungan yang lebih dekat dengan Arab Saudi.
Menjelang pembukaan Arar, salah satu kelompok tersebut, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Ashab al-Kahf, menerbitkan pernyataan yang mengumumkan ‘penolakan proyek Saudi di Irak’.
"Kader intelijen Perlawanan Islam mengikuti semua detail aktivitas musuh Saudi di perbatasan Irak," ucapnya memperingatkan.
Berbicara kepada wartawan pada Selasa malam, al-Kadhimi membalas dendam terhadap mereka yang menggambarkan pemulihan hubungan sebagai ‘kolonialisme’ Saudi.
“Ini bohong. Itu memalukan. Biarkan mereka berinvestasi. Selamat datang di Irak,” tegas Al-Kadhimi.
Al-Kadhimi menambahkan bahwa investasi Saudi dapat mendatangkan banyak pekerjaan baru ke Irak di mana lebih dari sepertiga pemuda menganggur.
Irak adalah produsen terbesar kedua dalam organisasi minyak OPEC, hanya mengungguli Arab Saudi. Infrastruktur minyak, gas, dan listriknya sudah sangat usang dan tidak efisien, tetapi harga minyak yang rendah tahun ini telah menghalangi upaya untuk memperbaikinya.
Perusahaan internasional dan negara asing juga mengeluhkan korupsi yang merajalela, sehingga menyulitkan investasi. Pemerintah Al-Kadhimi telah berupaya untuk mempercepat investasi asing, termasuk dukungan Saudi untuk energi dan pertanian.
Dalam perjalanannya ke Washington awal tahun ini, dia menyetujui belasan proyek yang akan menggunakan pendanaan Saudi untuk membiayai perusahaan energi AS.
Tahun lalu, Irak menandatangani kesepakatan untuk menyambungkan jaringan listrik Dewan Kerjasama Teluk dan menambahkan hingga 500 MW listrik ke sektor kelistrikannya yang bobrok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News