Pejabat pro-Sadr pergi untuk membujuk pengunjuk rasa untuk pergi, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri.
Seorang koresponden
AFP di Zona Hijau sebelumnya melihat pengunjuk rasa membawa sesama demonstran yang terluka.
Blok Sadr memenangkan 73 kursi dalam pemilihan tahun lalu, menjadikannya faksi terbesar di parlemen dengan 329 kursi. Namun sejak pemungutan suara, pembicaraan untuk membentuk pemerintahan baru terhenti.
Para pengunjuk rasa menentang pencalonan Mohammed al-Sudani, mantan menteri dan mantan gubernur provinsi, yang dipilih oleh Kerangka Koordinasi pro-Iran sebagai perdana menteri.
Kerangka Koordinasi menarik anggota parlemen dari partai mantan perdana menteri Nuri al-Maliki dan Aliansi Fatah pro-Iran, cabang politik dari kelompok paramiliter bekas pimpinan Syiah Hashed al-Shaabi.
"Saya menentang pejabat korup yang berkuasa," kata pengunjuk rasa Mohamed Ali, seorang buruh harian berusia 41 tahun, seperti dikutip
AFP, Kamis 28 Juli 2022.
"Saya menentang pencalonan Sudani, karena dia korup,” imbuhnya.
Irak jatuh lebih dalam ke dalam krisis politik bulan lalu ketika blok Sadr mundur secara massal.
Sadr awalnya mendukung gagasan "pemerintah mayoritas" yang akan mengirim musuh-musuh Syiahnya dari Kerangka Koordinasi ke oposisi.