Riset tersebut memicu keraguan mengenai optimisme banyak pakar, bahwa Omicron tidak lebih berbahaya dari Delta. Setidaknya satu pasien dengan varian ini meninggal di Inggris. Hal ini diumumkan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson Senin pekan lalu.
"Sejumlah penerima vaksin tidak menghasilkan antibodi penetral yang terukur terhadap Omicron," ucap seorang peneliti, Matthew Snape.
"Kami tidak tahu berapa banyak antibodi penetralisir yang cukup. Kami masih belum benar-benar menentukan apa ambang batas perlindungan," serunya.
Ia menambahkan, saran terbaik adalah menerima vaksin Covid-19 bagi yang belum divaksinasi, atau booster bagi yang sudah mendapatkan dua dosis. Selain vaksin, cara agar terhindar dari varian ini adalah tetap menggunakan masker, menjaga jarak sosial, dan rajin mencuci tangan.
Eropa menjadi benua paling terkena dampak dari varian baru ini. Bahkan di Inggris, Omicron sudah menjadi varian dominan. Wali Kota London, Sadiq Khan, mendeklarasikan status "insiden besar" bagi wilayah ibu kota Inggris dalam upaya mengurangi beban sistem kesehatan yang kewalahan menangani wabah varian Covid-19 Omicron.
"Omicron dengan cepat telah menjadi varian yang dominan, dengan terjadinya lonjakan kasus dan jumlah pasien rumah sakit," kata Sadiq Khan.
"Kami sudah merasakan dampaknya di seantero ibu kota," sambungnya.
Total 125 orang meninggal akibat Covid-19 di Inggris per tanggal 18 Desember. Sementara dalam satu bulan terakhir, angka kematian mencapai 787. Jumlah warga Inggris yang sudah menerima vaksin dosis pertama adalah 51.425.763, sementara dosis kedua 46.965.009 per tanggal 17 Desember.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id