Ilustrasi virus korona covid-19. (Medcom.id)
Ilustrasi virus korona covid-19. (Medcom.id)

(Belum) Habis Delta, Terbitlah Omicron

Marcheilla Ariesta • 20 Desember 2021 08:44
Jakarta: Virus korona (Covid-19) terus bermutasi. Setelah varian Delta menjadi varian paling dominan di dunia, muncul lagi jenis baru di pada akhir November lalu, Omicron.
 
Varian Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan. Mengutip laman covid19.go.id, Omicron sudah terdeteksi di beberapa negara sejak pertama kali ditemukan di Benua Afrika.
 
Varian ini disebut sebagai salah satu yang sangat cepat dalam menularkan virus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, varian B.1.1.529 atau Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021.

Omicron memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan. WHO menjelaskan, bukti awal menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan varian ini dibandingkan dengan variant of concern (VOC) lainnya.
 
VOC diartikan sebagai varian virus corona yang menyebabkan peningkatan penularan serta kematian dan bahkan dapat mempengaruhi efektivitas vaksin. Sebelum Omicron, WHO telah menetapkan varian Alpha, Beta, Gamma, dan Delta sebagai VOC.
 
Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan Dr. Angelique Coetzee mengatakan, dari pengamatannya terhadap pasien-pasiennya, gejala umumnya ringan. Gejala utama varian Omicron adalah kelelahan. Sementara gejala lainnya adalah sakit kepala ringan, nyeri tubuh, dan tenggorokan gatal.
 
Menurut Angelique, pasien Omicron cenderung tidak melaporkan kehilangan rasa atau penciuman bau dan tidak mengalami penurunan besar dalam kadar oksigen. Sementara itu, WHO mengatakan, saat ini tidak ada informasi yang menunjukkan bahwa gejala yang terkait dengan Omicron berbeda dari varian lainnya.
 
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan, gejala Omicron paling umum sejauh ini adalah batuk, kelelahan, hidung tersumbat, dan pilek. Bahkan, beberapa pasien mengalami gejala ringan.
 
Varian Omicron menyebar lebih cepat secara signifikan dibanding Delta di negara-negara dengan catatan transmisi komunitas, dengan jumlah kasus berlipat ganda setiap 1,5 hingga 3 hari, menurut WHO. Hingga Sabtu lalu, WHO mengatakan varian ini sudah terkonfirmasi di 89 negara, termasuk Indonesia.
 
"Data-data yang ada mengenai tingkat keparahan Omicron masih terbatas," kata WHO, dilansir dari Al Jazeera. "Tambahan data diperlukan untuk memahami tingkat keparahannya dan juga pengaruhnya terhadap vaksinasi," sambungnya.
 
Jumat kemarin, sebuah kajian dalam skema non-peer review oleh Imperial College London mengatakan bahwa risiko infeksi ulang Omicron lima kali lebih tinggi dari Delta. Tidak hanya itu, Omicron juga disebut tidak memperlihatkan karakteristik yang lebih ringan dari Delta.
 
Baca:  WHO: Jumlah Kasus Omicron Berlipat Ganda Setiap 3 Hari
 
 
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan