"Kami pikir perlu memiliki pendekatan bersama untuk migrasi. Kami membutuhkan kerja sama dari negara asal, negara transit dan negara tujuan," kata Fontan kepada awak media di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Rabu 12 Desember 2018.
Baca juga: Galakkan Perlindungan, ASEAN Luncurkan Kampanye Safe Migration.
Menurut dia, setiap negara memiliki langkahnya masing-masing untuk mengatasi tantangan ini. Namun, imbuh Fontan, langkah yang tepat hanya dapat berlangsung dalam kerangka kerja sama.
Fontan menyindir kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang membangun tembok perbatasan untuk menghalau para migran. Menurut dia, hal itu tidak akan menyelesaikan masalah imigrasi.
"Kita semua bisa membangun tembok yang sangat besar. Namun, seperti yang kami katakan apakah kita melakukan yang terbaik? Kita tidak dapat membangun dinding di laut karena ada berbagai hal yang pasti harus dipertimbangkan," tuturnya.
Dia menambahkan, Uni Eropa sepenuhnya mendukung kompaknya penanganan migrasi yang tertuang dalam Global Compact on Migration (GCM). Persetujuan Global Migrasi ini baru saja diadopsi di Maroko.
"Masalah global membutuhkan solusi global. Kita akan dapat melakukannya di tingkat kerja sama internasional. Dan itu lah yang kami lakukan hari ini," terangnya.
Baca juga: Faktor Ekonomi Alasan Pekerja Migran Tempuh Jalur Ilegal.
ASEAN meluncurkan Safe Migration Campaign sebagai komitmen untuk para pekerja migran. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian atas perlindungan para pekerja migran.
Sementara itu, dalam pertemuan GCM kemarin, Indonesia menyuarakan perlunya perlindungan pekerja migran terlepas dari status mereka ilegal atau tidak. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan para pekerja migran ini harus dilindungi karena berkontribusi besar terhadap negara masing-masing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News