Seorang warga Jerman jalani vaksinasi covid-19. Foto: AFP
Seorang warga Jerman jalani vaksinasi covid-19. Foto: AFP

Tekan Lonjakan Kasus Covid-19, Jerman Perketat Gerak Warga Tidak Divaksin

Medcom • 19 November 2021 11:31
Berlin: Para petinggi pemerintahan Jerman disebut menyetujui memperketat pembatasan baru covid-19 bagi warga yang tidak divaksinasi. Aturan yang dikeluarkan pada Kamis, 18 November 2021 ini akan melarang mereka memasuki restoran, acara olahraga, dan pertunjukan budaya.
 
Dilansir dari Yahoo News, Jumat, 19 November 2021, Jerman tengah berjuang untuk menghentikan rekor peningkatan kasus covid-19 yang melonjak ke level tertinggi sepanjang masa sebanyak 65.371.
 
Para pemimpin dari 16 negara bagian Jerman diketahui menyetujui aturan tersebut setelah pembicaraan krisis dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel. Mereka meminta warga yang tidak vaksinasi untuk memberikan tes negatif dalam menggunakan transportasi umum atau pergi ke kantor.

Dalam upaya melindungi yang paling rentan, mereka juga sepakat untuk memperkenalkan vaksinasi wajib bagi petugas kesehatan dan karyawan di panti jompo. “Kita perlu segera mengerem kenaikan eksponensial dalam kasus dan hunian tempat tidur perawatan intensif,” kata Merkel.
 
Merkel pun menyebut situasinya “sangat dramatis”.
 
Warga yang tidak divaksinasi akan dilarang dari ruang publik tertentu di daerah dengan tingkat rawat inap lebih dari tiga pasien per seratus ribu orang selama tujuh hari terakhir. 
 
Saat ini, semua dari 16 negara bagian Jerman kecuali Hamburg, Lower Saxony, Schleswig-Holstein, dan Saarland disebut memiliki tingkat di atas tiga. Aturan yang disebut ‘2G’ hanya mengizinkan yang divaksinasi dan yang pulih untuk menghadiri acara besar serta fasilitas rekreasi dan olahraga.
 
Sedangkan, daerah dengan tingkat rawat inap lebih dari enam harus menerapkan aturan ‘2G plus’, dimana peserta perlu diuji serta divaksinasi. Selain itu, daerah dengan tingkat di atas sembilan harus menerapkan tindakan tambahan seperti pembatasan kontak.
 
“Dengan dinamika saat ini, kita menghadapi situasi yang sangat, sangat sulit, terutama bagi semua orang yang bekerja di rumah sakit dan terutama di ruang perawatan intensif,” ujar pemimpin berusia 67 tahun tersebut.
 

 
Kanselir yang akan mengakhiri masa jabatannya itu mendesak lebih banyak orang Jerman untuk divaksinasi. Merkel dengan terus terang mengatakan, “banyak tindakan yang sekarang harus diambil tidak akan diperlukan jika kita memiliki lebih banyak orang yang divaksinasi”.
 
Para pemimpin daerah juga ingin aturan 2G diterapkan pada pesepakbola Bundesliga. Oktober lalu, bintang Bayern Munich Joshua Kimmich memicu perdebatan nasional tentang vaksinasi setelah mengakui, ia memilih untuk tidak menerima suntikan.
 
Usai dorongan kuat di musim semi, tingkat inokulasi Jerman diketahui mengalami stagnasi selama musim panas hingga hanya di bawah 70 persen.
 
Meskipun kasus melonjak dalam beberapa pekan terakhir, politisi telah dituduh tidak bertindak dan memusatkan perhatian mereka pada negosiasi guna membentuk pemerintah Jerman berikutnya, setelah pemilihan pada September lalu.
 
Kekusutan politik terlihat jelas pada Kamis pagi di majelis rendah parlemen. Perselisihan sengit pecah saat anggota parlemen diminta untuk memberikan suara pada Rancangan Undang-Undang (RUU), yang menyediakan kerangka hukum bagi Merkel dan para pemimpin regional guna menerapkan sejumlah langkah baru.
 
Hingga kini, tiga partai politik dalam pembicaraan terkait pembentukan pemerintah Jerman berikutnya telah menyusun RUU baru untuk menggantikan UU yang tengah berlangsung, akan berakhir pada 25 November dengan meloloskannya di Bundestag bagi mereka yang memiliki mayoritas.
 
Namun, blok konservatif Christian Democratic Union-Christian Social Union (CDU-CSU) Merkel mengatakan, RUU baru itu lebih lemah daripada undang-undang yang berlaku, dan telah mengancam untuk mengalahkannya pada Jumat di majelis tinggi parlemen.
 
Hal tersebut diketahui menjadi sesuatu yang belum dapat menunda keputusan yang diambil oleh para pemimpin regional pada Kamis. Ketua Robert Koch Institute (RKI) sekaligus ahli imunologi, Lothar Wieler, telah menyuarakan rasa frustrasi atas kebuntuan politik tersebut.
 
“Kita tidak harus terus-menerus menciptakan sesuatu yang baru. Semua ide dan resep yang kita butuhkan sudah tersedia. Setelah 21 bulan, saya tidak tahan bahwa apa yang saya katakan dan apa yang rekan-rekan lain katakan masih tidak diterima,” jelas Wieler.
 
Wieler memperingatkan, jumlah sebenarnya dari infeksi mungkin sampai tiga kali lebih tinggi dari data resmi yang menunjukkan banyak infeksi yang tidak terdeteksi atau belum diuji. “Kami saat ini dalam keadaan darurat yang serius. Kami benar-benar akan mengalami Natal yang sangat buruk jika kami tidak mengubah arah sekarang.” (Nadia Ayu Soraya)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan