Saxony: Kepolisian Jerman mengatakan, telah menggagalkan rencana aktivis antivaksinasi untuk membunuh Perdana Menteri Saxony di Jerman Timur, Michael Kretschmer. Insiden ini terjadi saat kekhawatiran tumbuh atas penolakan yang semakin keras terhadap rencana vaksinasi covid-19.
Dilansir dari ABC News, Kamis, 16 Desember 2021, dugaan plot untuk membunuh Michael Kretschmer adalah yang terbaru dari serangkaian insiden, menggarisbawahi kemarahan beberapa orang Jerman.
Kemarahan tersebut terkait pembatasan bagi mereka yang tidak divaksinasi, dan rencana untuk membuat vaksinasi wajib bagi masyarakat umum.
Seorang polisi Saxony di Twitter mengatakan, anggota kelompok yang disebut “Dresden Offlinevernetzung”, telah menyarankan dalam obrolan di platform Telegram, mereka mungkin memiliki senjata api dan busur.
Kantor Kejaksaan Dresden menjelaskan, penyelidikan menargetkan enam tersangka, lima pria dan seorang wanita berusia antara 32 dan 64 tahun. Beberapa barang bukti telah ditemukan, termasuk busur panah.
Pada November, jumlah kematian covid-19 Jerman dilaporkan telah melewati 100 ribu, dan negara itu kian berjuang melawan gelombang infeksi baru.
Kretschmer yang merupakan seorang anggota oposisi konservatif Jerman, telah menyerukan penguncian keras untuk memutus gelombang keempat infeksi di negara bagiannya.
Pejabat berusia 46 tahun tersebut mengatakan, hak untuk kebebasan berbicara harus dihormati, namun tidak digunakan sebagai kedok untuk kekerasan. Ia menambahkan, pemerintah negara bagian Saxony akan memobilisasi staf tambahan untuk memerangi radikalisme.
“Tentu saja kalian dapat mengatakan apa yang tidak kalian sukai. Namun saat kekerasan mulai terjadi, semuanya berakhir,” kata Kretschmer kepada wartawan.
“Sebuah garis telah dilewati yang tidak akan kami toleransi,” tambahnya.
Pihak berwenang Saxony mencatat, negara bagiannya memiliki insiden covid-19 tujuh hari tertinggi kedua di antara 16 negara bagian Jerman, pada 824 per 100 ribu orang dibandingkan dengan insiden nasional 353.
Di Saxony, bekas wilayah Jerman Timur Komunis tersebut, sekitar 62 persen populasi telah mendapatkan dua vaksinasi, dibandingkan dengan 70 persen di seluruh negeri.
Kubu kelompok sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) disebut menampung banyak skeptis vaksin dan pengunjuk rasa antilockdown. Protes terhadap pembatasan covid-19 di Jerman menjadi lebih keras, dengan meningkatnya serangan terhadap dokter, politisi, dan jurnalis.
“Serangan seperti itu tidak terpikirkan beberapa tahun lalu,” ujar Kepala Asosiasi Medis Jerman, Klaus Reinhardt.
Pada September, pusat vaksinasi di Saxony diketahui menjadi sasaran serangan pembakaran. Awal bulan ini, sekelompok pengunjuk rasa berkumpul di luar rumah menteri kesehatan Saxony. Mereka memegang obor menyala, dalam apa yang dilihat sebagai ancaman implisit kekerasan.
Penyiar Jerman ARD melaporkan pada Selasa, terdapat lebih dari selusin politisi, outlet media dan lembaga publik menerima surat yang mengancam “perlawanan berdarah” terhadap tindakan tersebut, termasuk sepotong daging yang dibungkus.
Kantor Polisi Kriminal Federal Jerman diketahui telah mengklasifikasikan penentang vaksinasi dan penyangkal virus korona sebagai “risiko yang relevan”.
Dalam pidato besar pertamanya di parlemen sejak menjabat pekan lalu, Kanselir Jerman, Olaf Scholz mengatakan pada Rabu, pemerintahnya tidak akan mentolerir protes keras terhadap pembatasan virus korona.
“Kami tidak akan tahan dengan minoritas kecil ekstremis tanpa hambatan yang mencoba memaksakan kehendak mereka pada seluruh masyarakat kami,” tutur Scholz. (Nadia Ayu Soraya)
Dilansir dari ABC News, Kamis, 16 Desember 2021, dugaan plot untuk membunuh Michael Kretschmer adalah yang terbaru dari serangkaian insiden, menggarisbawahi kemarahan beberapa orang Jerman.
Kemarahan tersebut terkait pembatasan bagi mereka yang tidak divaksinasi, dan rencana untuk membuat vaksinasi wajib bagi masyarakat umum.
Seorang polisi Saxony di Twitter mengatakan, anggota kelompok yang disebut “Dresden Offlinevernetzung”, telah menyarankan dalam obrolan di platform Telegram, mereka mungkin memiliki senjata api dan busur.
Kantor Kejaksaan Dresden menjelaskan, penyelidikan menargetkan enam tersangka, lima pria dan seorang wanita berusia antara 32 dan 64 tahun. Beberapa barang bukti telah ditemukan, termasuk busur panah.
Pada November, jumlah kematian covid-19 Jerman dilaporkan telah melewati 100 ribu, dan negara itu kian berjuang melawan gelombang infeksi baru.
Kretschmer yang merupakan seorang anggota oposisi konservatif Jerman, telah menyerukan penguncian keras untuk memutus gelombang keempat infeksi di negara bagiannya.
Pejabat berusia 46 tahun tersebut mengatakan, hak untuk kebebasan berbicara harus dihormati, namun tidak digunakan sebagai kedok untuk kekerasan. Ia menambahkan, pemerintah negara bagian Saxony akan memobilisasi staf tambahan untuk memerangi radikalisme.
“Tentu saja kalian dapat mengatakan apa yang tidak kalian sukai. Namun saat kekerasan mulai terjadi, semuanya berakhir,” kata Kretschmer kepada wartawan.
“Sebuah garis telah dilewati yang tidak akan kami toleransi,” tambahnya.
Pihak berwenang Saxony mencatat, negara bagiannya memiliki insiden covid-19 tujuh hari tertinggi kedua di antara 16 negara bagian Jerman, pada 824 per 100 ribu orang dibandingkan dengan insiden nasional 353.
Di Saxony, bekas wilayah Jerman Timur Komunis tersebut, sekitar 62 persen populasi telah mendapatkan dua vaksinasi, dibandingkan dengan 70 persen di seluruh negeri.
Kubu kelompok sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) disebut menampung banyak skeptis vaksin dan pengunjuk rasa antilockdown. Protes terhadap pembatasan covid-19 di Jerman menjadi lebih keras, dengan meningkatnya serangan terhadap dokter, politisi, dan jurnalis.
“Serangan seperti itu tidak terpikirkan beberapa tahun lalu,” ujar Kepala Asosiasi Medis Jerman, Klaus Reinhardt.
Pada September, pusat vaksinasi di Saxony diketahui menjadi sasaran serangan pembakaran. Awal bulan ini, sekelompok pengunjuk rasa berkumpul di luar rumah menteri kesehatan Saxony. Mereka memegang obor menyala, dalam apa yang dilihat sebagai ancaman implisit kekerasan.
Penyiar Jerman ARD melaporkan pada Selasa, terdapat lebih dari selusin politisi, outlet media dan lembaga publik menerima surat yang mengancam “perlawanan berdarah” terhadap tindakan tersebut, termasuk sepotong daging yang dibungkus.
Kantor Polisi Kriminal Federal Jerman diketahui telah mengklasifikasikan penentang vaksinasi dan penyangkal virus korona sebagai “risiko yang relevan”.
Dalam pidato besar pertamanya di parlemen sejak menjabat pekan lalu, Kanselir Jerman, Olaf Scholz mengatakan pada Rabu, pemerintahnya tidak akan mentolerir protes keras terhadap pembatasan virus korona.
“Kami tidak akan tahan dengan minoritas kecil ekstremis tanpa hambatan yang mencoba memaksakan kehendak mereka pada seluruh masyarakat kami,” tutur Scholz. (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News