Price menyebut masih ada sejumlah masalah sulit, namun tidak mengkonfirmasi apa saja poin-poin yang tidak disepakati.
"Kami tahu pasti ada banyak desakan, dan sekarang kita tahu tanggung jawabnya ada di Teheran untuk mengambil keputusan," kata Price.
Menunjukkan Washington tidak menyerah, Price menyampaikan kemungkinan pihaknya mengupayakan beberapa penyesuaian. "Kami siap untuk mengambil keputusan sulit untuk mengembalikan program nuklir Iran ke batasan-batasan JCPOA," ungkap dia.
Di sisi lain, ia juga mengatakan Washington berunding dengan sekutunya mengenai langkah lebih lanjut jika tidak ada kesepakatan yang dicapai.
"Kami sedang mempersiapkan ... untuk dunia di mana kami memiliki JCPOA dan dunia di mana kami tidak memilikinya. Tapi bagaimanapun, komitmen presiden terhadap fakta bahwa Iran tidak akan pernah bisa memperoleh senjata nuklir, itu sangat kuat," tegas Price.
Di tengah AS menekan Iran untuk mengalah demi kembali berlakunya pembatasan program nuklir Iran, Washington juga mengalami tantangan internal.
Pihak konservatif AS tidak menyetujui ketentuan dalam perjanjian yang diupayakan.
"Kesepakatan yang memberikan bantuan sanksi $90-$130 miliar, pengurangan sanksi terhadap Iran atas teror terburuk dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), dan penghapusan IRGC (dari daftar teroris) tidak mendukung kepentingan keamanan nasional kami," tukas senator senior Partai Republik, Jim Risch.
Sedangkan, Chris Murphy dari Partai Demokrat mengatakan bahwa perjanjian adalah hal yang positif.
"Informasi intelijen tentang seberapa dekat Iran dengan senjata nuklir sangat mengerikan, dan kita tidak punya alasan untuk percaya bahwa ada jalan selain diplomasi untuk memperpanjang waktu terobosan mereka," kata Murphy.
Murphy pun menyebut IRGC dapat dihapus dari daftar teroris karena status tersebut “tidak memiliki pengaruh praktis”. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News