Di luar Istana Kepresidenan, sekelompok kecil orang berkumpul di sebuah peringatan darurat dengan rangkaian bunga. Mereka juga menyalakan deretan lilin putih dan mengibarkan bendera Haiti setengah tiang di depan sebuah foto besar Moise.
Damy Makenson, seorang pekerja kantoran berusia 30 tahun, perlahan-lahan mendekati tugu peringatan itu, meletakkan beberapa bunga dan dengan sungguh-sungguh membuat tanda salib di atas kepala dan dadanya.
"Dia meninggal saat bekerja untuk mereformasi Haiti, dan saya ingin Anda tahu bahwa ide-idenya tidak mati bersamanya," katanya, membandingkan Moise dengan Jean-Jacques Dessalines, seorang pendiri dan pemimpin militer Haiti yang membantu mengakhiri kolonial Prancis pada awal 1800-an.
Di New York, Duta Besar Haiti untuk PBB Antonio Rodrigue pada Rabu meminta bantuan internasional. "Pada saat yang tidak pasti ini, Haiti membutuhkan dukungan masyarakat internasional lebih dari sebelumnya," katanya kepada 193 anggota Majelis Umum PBB, di mana para duta besar berdiri untuk mengheningkan cipta sejenak untuk menghormati Moise.
Rodrigue menyebut penyelenggaraan pemilu demokratis dan kemampuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sosial-ekonomi Haiti sebagai tantangan yang dihadapi bangsa.
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield mengatakan, delegasi AS baru-baru ini di Haiti telah menyerukan dialog untuk membantu memungkinkan pemilihan presiden dan parlemen yang bebas dan adil.
“Amerika Serikat masih mengevaluasi permintaan bantuan Haiti, dan fokusnya adalah membantu pemerintah Haiti dengan mengarahkan penyelidikan pembunuhan Presiden Moise," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.
“Kementerian Kehakiman akan terus mendukung pihak berwenang Haiti dalam meninjau fakta dan keadaan seputar serangan ini," pungkas Price dalam jumpa pers pada Rabu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News