“Tangan Joe Biden berlumuran darah," kata anggota Kongres dari Partai Republik Elise Stefanik.
"Keamanan nasional yang mengerikan dan bencana kemanusiaan ini semata-mata akibat dari kepemimpinan Joe Biden yang lemah dan tidak kompeten. Dia tidak layak menjadi panglima tertinggi,” ujar Stefanik.
Senator Republik Marsha Blackburn mentweet bahwa Biden dan semua staf keamanan nasionalnya "harus mengundurkan diri atau menghadapi pemakzulan dan pemecatan dari jabatannya."
Kemarahan Partai Republik sudah bisa diprediksi. Tetapi kerusakan yang lebih luas yang tercermin dalam jajak pendapat akan lebih mengkhawatirkan bagi Biden.
Sementara jajak pendapat USA Today/Suffolk University minggu ini menemukan sangat banyak bahwa orang Amerika percaya bahwa perang Afghanistan tidak layak untuk diperjuangkan, Biden tidak mendapatkan ucapan terima kasih. Jajak pendapat menemukan persetujuan keseluruhannya hanya 41 persen, dengan 55 persen tidak setuju.
"Saya tidak tahu apakah Biden akan rusak secara permanen," kata Mark Rom, seorang profesor pemerintahan di Georgetown University, kepada AFP.
"Tapi Partai Republik akan melakukan segala daya mereka untuk melihatnya terpuruk,” sebut Rom.
Charles Franklin, Direktur Jajak Pendapat Marquette Law School, mengatakan bahwa mengingat perang Afghanistan yang tidak populer, Biden mungkin masih bisa keluar dari bencana.
"Pertanyaan politik, setelah Amerika Serikat benar-benar mundur, adalah apakah mayoritas akan senang kita tidak ada lagi (di Afghanistan). Jika demikian, maka masalah itu kemungkinan akan memudar," pungkas Franklin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News