Massa di Pushkin Square, Moskow menyerukan, “Tidak untuk perang!”
“Saya syok. Kerabat dan orang-orang yang saya cintai tinggal di Ukraina,” ucap Anastasia Nestulya, 23, di Moskow, dilansir dari AFP, Jumat, 25 Februari 2022.
Ribuan orang melakukan unjuk rasa di Pushkin Square, sementara sekitar 1.000 warga lainnya berkumpul di ibu kota lama dari zaman kekaisaran, Saint Petersburg.
Baca: Putin Deklarasikan Dimulainya Operasi Militer Khusus di Ukraina.
OVD-Info mengabarkan lebih dari 900 demonstran ditangkap di Moskow, dan di atas 400 di Saint Petersburg.
Sebagian besar warga masih tertidur kala Putin memerintahkan serangan udara dan darat pada Kamis dini hari.
Banyak dari masyarakat Rusia skeptis akan gerak-gerik Putin menyerang negara tetangganya yang pro-barat.
Seiring bertambahnya pergerakan pasukan Rusia, Kremlin meyakini rakyatnya akan mendukung perang, dan mengatakan bahwa Ukraina perlu “dibebaskan dan dibersihkan dari Nazi”.
“Orang-orang telah dibodohi oleh propaganda,” ujar salah satu demonstran di Saint Petersburg, Svetlana Volkova, 27.

Pedemo yang ditangkap polisi Rusia. Foto: AFP
Ketika diseret tiga petugas kepolisian, seorang pemuda berteriak: “Dengan siapa Anda berkelahi? Tangkap Putin!”
Invasi terhadap Ukraina terjadi di tengah pihak berwenang Rusia menindak pihak oposisi. Banyak dari pemimpin oposisi dikenai hukuman mati, penjara, atau dideportasi dari negara.
Kini dipenjara, pemimpin oposisi Alexei Navalny menjalani hukuman 2,5 tahun. Ia sebelumnya menggerakkan demo-demo terbesar terhadap Putin.
“Saya menentang perang ini,” kata Navalny.
“Perang antara Rusia dan Ukraina ini dilancarkan untuk menutupi penculikan terhadap warga Rusia dan mengalihkan perhatian mereka dari masalah-masalah yang ada dalam negara,” imbuh Navalny.
Komite Investigasi Rusia sebelumnya mengeluarkan peringatan kepada rakyat akan pengenaan konsekuensi hukum apabila ikut serta dalam unjuk rasa terkait “situasi politik asing yang tegang”.
“Setiap orang harus menyadari konsekuensi hukum negatif dari aksi-aksi ini dalam bentuk tuntutan hingga hukum pidana,” kata Komite.
Kebanyakan warga yang ikut demo menolak perang dan terjadinya pertumpahan darah. Namun, ada pula yang memihak pada keputusan Putin.
“Tidak ada orang waras yang ingin perang,” kata Viktor Antipov, 54, warga Saint Petersburg.
Menurut Antipov, sang pemimpin Rusia tidak memperhitungkan dampak jangka panjang. Senada, mahasiswa arsitektur berusia 20 tahun, Igor Kharitonov mengatakan, “Perang membuat saya muak.”
Di sisi lain, rakyat Rusia dari generasi Putin, Galina Samoylenko, 70, memihak pada presiden.
“Dia (Putin) ingin membantu orang Rusia dan negara-negara republik itu,” kata Samoylenko, mengacu pada wilayah separatis Donetsk dan Luhansk.
Diketahui Putin mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, dua wilayah separatis Ukraina, Senin lalu. Pengakuan kemudian diikuti dengan invasi ke wilayah Ukraina. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News