Buntion terbunuh dengan dosis pentobarbital yang mematikan dan meninggal 13 menit setelah diberikan, kata Departemen Kehakiman Kriminal negara bagian itu.
Seorang penasihat spiritual diizinkan untuk menyentuhnya dan berdoa selama eksekusi, tambah departemen itu. Sementara beberapa demonstran di depan penjara berteriak "eksekusi bukanlah solusi."
Keluarga Irby, serta belasan pengendara sepeda motor yang beberapa di antaranya adalah rekan polisi sepeda motor korban juga berkumpul untuk memberikan dukungan.
"Saya minta maaf ada yang meninggal tapi saya tidak menganggapnya sebagai pribadi, saya hanya menganggapnya sebagai benda, sebagai kanker di wajah keluarga saya," kata janda Irby, Maura Irby, saat konferensi pers setelah eksekusi.
Pengacara Buntion berpendapat bahwa mengeksekusi dia sekarang, bertahun-tahun setelah kejahatannya, akan merupakan "hukuman yang kejam dan tidak biasa yang dilarang di bawah konstitusi AS”.
Buntion, kata mereka, tidak menimbulkan bahaya bagi siapa pun dan menderita berbagai penyakit termasuk radang sendi, vertigo, hepatitis, nyeri saraf sciatic dan sirosis.
"Buntion adalah pria tua yang lemah," kata pengacaranya dalam petisi kepada Dewan Pengampunan dan Pembebasan Bersyarat Texas, "dan tidak akan menjadi ancaman bagi siapa pun di penjara jika hukumannya dikurangi menjadi hukuman yang lebih ringan."
Buntion juga berada di sel isolasi selama 20 tahun terakhir, dibatasi di selnya selama 23 jam sehari.
Buntion pertama kali dijatuhi hukuman mati pada tahun 1991. Hukuman itu dikosongkan pada 2009 oleh pengadilan tertinggi negara bagian, tetapi tiga tahun kemudian juri lain mengembalikannya.
Tahun lalu Mahkamah Agung AS menolak untuk mengeluarkan penundaan eksekusi untuk Buntion.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id