Kehancuran di Vinnytsia, Ukraina akibat serangan Rusia pada 14 Juli 2022. Foto: AFP
Kehancuran di Vinnytsia, Ukraina akibat serangan Rusia pada 14 Juli 2022. Foto: AFP

Serangan Rudal Rusia Hantam Vinnytsia, 23 Warga Ukraina Tewas

Fajar Nugraha • 15 Juli 2022 11:44
Kiev: Rudal Rusia menghantam Vinnytsia di Ukraina pada Kamis 14 Juli 2022, menewaskan sedikitnya 23 orang termasuk tiga anak. Presiden Volodymyr Zelensky menilai serangan itu sebagai ‘tindakan terorisme terbuka’.
 
Serangan tengah hari di kota yang berjarak ratusan kilometer dari garis depan dan menyerang pasukan Rusia itu terjadi saat para pejabat Uni Eropa berkumpul di Den Haag untuk membahas kejahatan perang di Ukraina.
 
Sisa-sisa mobil yang hangus dan terbalik dikelilingi oleh puing-puing yang terbakar terlihat dalam gambar yang didistribusikan oleh pejabat setempat. Tampak pula tempat usaha yang dimusnahkan oleh api dengan asap cokelat mengepul di dekatnya.

Dalam pidato hariannya kepada rakyatnya pada Kamis 14 Juli malam, Zelensky mengonfirmasi jumlah korban dan mengatakan itu kemungkinan akan meningkat. Sementara puluhan masih hilang dan banyak yang dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.
 
"Tidak ada negara lain di dunia yang menimbulkan ancaman teroris seperti Rusia," kata Zelensky, seperti dikutip AFP, Jumat 15 Juli 2022.
 
"Tidak ada negara lain di dunia yang membiarkan dirinya menghancurkan kota-kota damai dan kehidupan manusia biasa dengan rudal jelajah dan artileri roket setiap hari,” imbuh Zelensky.
 
Sekretaris Jenderal Antonio Guterres mengatakan dia "terkejut" dengan serangan itu. Sementara Uni Eropa mengecamnya sebagai ‘kekejaman’ dan keduanya meminta pertanggungjawaban.
 
Dan Zelensky mengheningkan cipta sebelum mendesak pejabat Pengadilan Kriminal Eropa dan Internasional untuk membuka "pengadilan khusus" untuk invasi Rusia.
 

"Saya percaya tidak dapat dihindari bahwa Pengadilan Kriminal Internasional akan membawa pertanggungjawaban kepada mereka yang bersalah atas kejahatan di bawah yurisdiksinya: kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, genosida,” tegas Zelensky.

Pengadilan kejahatan internasional

ICC di Den Haag membuka penyelidikan atas kemungkinan kejahatan perang di Ukraina hanya beberapa hari setelah pasukan Moskow menyerbu dan mengirim lusinan penyelidik ke negara itu untuk mengumpulkan bukti.
 
Rusia menginvasi pada 24 Februari dan konflik tersebut telah menyebabkan ribuan orang terbunuh, menghancurkan kota-kota dan memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka.
 
"Setiap hari, Rusia membunuh warga sipil, membunuh anak-anak Ukraina, melakukan serangan rudal terhadap fasilitas sipil di mana tidak ada target militer. Apa ini, jika bukan aksi terorisme terbuka?,” Zelensky mengatakan setelah serangan Vinnytsia.
 
Seorang juru bicara militer Ukraina mengatakan, pasukannya telah berhasil melumpuhkan dua dari rentetan rudal jelajah yang diluncurkan dari kapal selam Rusia di Laut Hitam dan menyebabkan kerusakan luas di Vinnytsia.
 
Serangan mematikan di Ukraina tengah telah menjadi relatif jarang, tetapi perang telah berkecamuk di sekitar kota-kota seperti Mykolaiv di selatan yang menurut presiden dihantam oleh "serangan rudal besar-besaran".
 
"Dua sekolah, infrastruktur transportasi dan sebuah hotel rusak," kata kepresidenan dalam pembaruan militer pagi Kamis.
 

 
Bagian dalam kerangka dari satu bangunan yang hancur akibat serangan terlihat dalam gambar yang didistribusikan oleh pejabat lokal, dengan pekerja kota membersihkan batu bata dan puing-puing berserakan setelah serangan.
 
Pertempuran terberat di Ukraina, bagaimanapun, baru-baru ini terfokus pada kawasan industri Donbas di timur.


Kemenangan total

Pasukan yang didukung Moskow di sana mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka mendekati target mereka berikutnya, setelah merebut kendali kota-kota bersaudara Lysychansk dan Severodonetsk dua minggu lalu.
 
"Siversk berada di bawah kendali operasional kami, yang berarti bahwa musuh dapat terkena tembakan kami yang diarahkan ke seluruh wilayah," seorang pejabat pemberontak pro-Moskow, Daniil Bezsonov, seperti dikutip oleh kantor berita pemerintah Rusia TASS.
 
Dalam posisi parit Ukraina di sepanjang garis depan timur, seorang tentara berusia 25 tahun yang pergi dengan nom de guerre Moryak sedang bekerja untuk memperkuat pertahanan.
 
"Kami bersembunyi saat mereka menembak, kami menggali saat tenang," pungkasnya tentara lain di dekatnya kepada wartawan AFP.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan