Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan negara-negara Barat lainnya segera menyerukan kepada Tiongkok untuk memberikan ‘akses penuh’ kepada para ahli independen ke semua data tentang wabah asli pada akhir 2019.
Baca: WHO: Hipotesis Covid-19 Bocor dari Lab Perlu Diinvestigasi Lagi.
Dalam laporan akhirnya, yang ditulis bersama dengan para ilmuwan Tiongkok, tim yang dipimpin WHO yang menghabiskan empat minggu di dan sekitar Wuhan pada Januari dan Februari mengatakan, virus itu mungkin telah ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain. Laporan juga menyebutkan kebocoran laboratorium "sangat tidak mungkin" sebagai penyebab.
Salah satu penyelidik tim telah mengatakan bahwa Tiongkok menolak memberikan data mentah tentang kasus awal covid-19 kepada tim yang dipimpin WHO, yang berpotensi mempersulit upaya untuk memahami bagaimana pandemi global dimulai.
“Dalam diskusi saya dengan tim, mereka mengungkapkan kesulitan yang mereka hadapi dalam mengakses data mentah,” kata Tedros, seperti dikutip AFP, Rabu 31 Maret 2021.
"Saya berharap studi kolaboratif di masa mendatang mencakup berbagi data yang lebih tepat waktu dan komprehensif,” jelasnya.
Ketidakmampuan misi WHO untuk menyimpulkan di mana atau bagaimana virus mulai menyebar pada manusia berarti bahwa ketegangan akan terus berlanjut tentang bagaimana pandemi dimulai. Tidak hanya itu, simpang siur data juga makin membenarkan tuduhan AS bahwa Tiongkok menghalangi penyelidikan.
"Studi pakar internasional tentang sumber virus SARS-CoV-2 tertunda secara signifikan dan tidak memiliki akses ke data dan sampel asli yang lengkap," Australia, Kanada, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Israel, Jepang, Latvia, Lituania , Norwegia, Korea, Slovenia, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa mengatakan dalam pernyataan bersama.
Tidak cukup ekstensif
Meskipun tim menyimpulkan bahwa kebocoran dari laboratorium Wuhan adalah hipotesis yang paling kecil kemungkinannya untuk virus yang menyebabkan covid-19, Tedros mengatakan, masalah tersebut memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Ini membuka potensi dengan lebih banyak misi ke Negeri Tirai Bambu."Saya tidak percaya bahwa penilaian ini cukup ekstensif," katanya kepada negara-negara anggota dalam sambutan yang dirilis oleh WHO.