Koalisi Macron's Ensemble (Together) muncul sebagai partai terbesar dalam pemungutan suara Majelis Nasional Minggu. Tetapi mereka kehilangan kekurangan puluhan kursi untuk mempertahankan mayoritas parlemen yang telah dinikmatinya selama lima tahun terakhir.
Lonjakan di kiri dan sayap kanan menghancurkan posisi dominan deputi Macron yang, selama lima tahun terakhir, telah mendukung kebijakan presiden tanpa gagal.
Jumlah pemilih rendah, dengan tingkat golongan putih tercatat 53,77 persen.
Tamparan
Harian Liberation yang berhaluan kiri menyebut hasil itu sebagai "tamparan di wajah" bagi Macron. Sementara suratkabar konservatif Le Figaro mengatakan bahwa dia sekarang "dihadapkan dengan situasi yang tidak dapat dikendalikan Prancis".Baca: Macron Kehilangan Mayoritas Kursi Parlemen, Politik Prancis Terancam Kacau.
Sekutu Macron sekarang dapat mencari mayoritas dengan membentuk kesepakatan dengan partai-partai lain di sayap kanan. Tetapi tentunya dapat menimbulkan gejolak yang tidak terlihat dalam politik Prancis selama beberapa dekade.
“Hasil pemilihan menunjukan aliansi sayap kiri baru,NUPES, meraih keuntungan untuk menjadi kekuatan oposisi utama dengan 127 kursi,” menurut Kementerian Dalam Negeri, seperti dikutip AFP, Senin 20 Juni 2022.
Tetapi tidak jelas apakah koalisi Sosialis, Komunis, Hijau, dan sayap kiri France Unbowed akan tetap menjadi blok bersatu di Majelis Nasional.
Sementara sayap kanan di bawah Marine Le Pen mencatat kinerja legislatif terbaik dalam sejarahnya. Mereka menjadi partai oposisi tunggal terkuat dengan 89 kursi, naik dari delapan di majelis yang keluar.
Le Pen yang percaya diri mengatakan, partainya akan menuntut untuk memimpin komisi keuangan Majelis Nasional yang kuat, seperti tradisi partai oposisi terbesar.
"Negara ini tidak dapat diatur, tetapi tidak akan diatur seperti yang diinginkan Emmanuel Macron," kata Le Pen kepada wartawan, Senin.