Pada Mei media lokal melaporkan kepala angkatan udara Myanmar menghadiri pameran helikopter militer di Moskow.
Kunjungan Min Aung Hlaing dilakukan setelah Majelis Umum PBB mengambil langkah langka pada Jumat dengan menyerukan negara-negara anggota untuk "mencegah aliran senjata" ke Myanmar. Rusia abstain dari pemungutan suara.
Resolusi itu -,yang tidak sampai menyerukan embargo senjata global,- juga menuntut agar militer "segera menghentikan semua kekerasan terhadap demonstran damai."
Itu disetujui oleh 119 negara, dengan 36 abstain termasuk Tiongkok, sekutu utama Myanmar. Hanya satu negara, Belarusia yang menentangnya.
Min Aung Hlaing menghadiri pembicaraan krisis dengan para pemimpin 10 negara blok ASEAN di Jakarta pada April. Ini merupakan perjalanan luar negeri pertamanya sejak ia merebut kekuasaan.
Pertemuan itu menghasilkan pernyataan "lima poin konsensus" yang menyerukan "penghentian segera kekerasan" dan kunjungan ke Myanmar oleh utusan khusus regional.
Namun sang jenderal mengatakan dalam wawancara televisi kemudian bahwa Myanmar belum siap untuk mengadopsi rencana tersebut. Seorang utusan khusus belum ditunjuk, dan kekerasan terus berlanjut di seluruh negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News