Zurich: Virus mematikan melanda kebun binatang di Zurich, Swiss. Virus ini membunuh tiga gajah jenis Asia dalam satu bulan dan membuat para ahli kebingungan untuk memberhentikan penyebaran virus tersebut.
Dilansir dari Agence France-Presse (AFP), Jumat, 29 Februari 2022, kebun binatang yang menghadap ke kota besar di Swiss kini hanya memiliki lima mamalia raksasa tersebut yang berkeliaran di 11.000 meter perseginya.
Gajah besar berusia dua tahun, Umesh, menjadi korban pertama dari virus Herpes Endotheliotropic gajah (EEHV) pada akhir Juni, diikuti dengan saudara perempuannya yang berusia delapan tahun, Omysha, beberapa hari kemudian.
Ruwani, seekor gajah berusia lima tahun dari kawanan kedua pihak perempuan juga mati, pada Sabtu lalu.
Gajah-gajah tersebut menyerah dengan cepat akibat terjangkit virus herpes – yang menyebabkan ketiga gajah muda Asia mengalami pendarahan internal dan kegagalan fungsi organ.
“Dalam penangkaran, virus ini merupakan penyebab utama kematian gajah antara dua dan delapan tahun,” ujar kurator kebun binatang, Pascal Marty kepada AFP.
Virus tersebut juga dikenal membunuh para gajah di alam liar. Namun Marty menambahkan bahwa “hal tersebut lebih sulit untuk terdeteksi.”
Dilansir dari Agence France-Presse (AFP), Jumat, 29 Februari 2022, kebun binatang yang menghadap ke kota besar di Swiss kini hanya memiliki lima mamalia raksasa tersebut yang berkeliaran di 11.000 meter perseginya.
Gajah besar berusia dua tahun, Umesh, menjadi korban pertama dari virus Herpes Endotheliotropic gajah (EEHV) pada akhir Juni, diikuti dengan saudara perempuannya yang berusia delapan tahun, Omysha, beberapa hari kemudian.
Ruwani, seekor gajah berusia lima tahun dari kawanan kedua pihak perempuan juga mati, pada Sabtu lalu.
Gajah-gajah tersebut menyerah dengan cepat akibat terjangkit virus herpes – yang menyebabkan ketiga gajah muda Asia mengalami pendarahan internal dan kegagalan fungsi organ.
“Dalam penangkaran, virus ini merupakan penyebab utama kematian gajah antara dua dan delapan tahun,” ujar kurator kebun binatang, Pascal Marty kepada AFP.
Virus tersebut juga dikenal membunuh para gajah di alam liar. Namun Marty menambahkan bahwa “hal tersebut lebih sulit untuk terdeteksi.”
Salam terakhir
Virus herpes tersebut terdapat di hampir semua gajah, baik yang hidup di alam liar maupun di penangkaran. Tetapi, dalam beberapa kasus tiba-tiba bisa menjadi mematikan, membunuh korbannya dalam hitungan hari.
“Kami masih belum mengetahui mengapa dan kapan hal itu terjadi,” ucap Marty.
Sebanyak lima gajah Asia yang tersisa di kebun binatang – seluruhnya gajah dewasa – diperbolehkan untuk menghabiskan beberapa waktu berkumpul di sekitar anggota keluarga yang tersisa, serta teman mereka.
Marty mengatakan penting untuk memberikan mereka (hewan) “cukup waktu (untuk) mengucapkan selamat tinggal.”
“Sulit untuk mengatakan mereka sedih atau tidak karena kesedihan merupakan hal yang manusiawi,” ujarnya.
Lantaran gajah merupakan hewan yang sangat sosial, Marty menekankan bahwa sangat penting bagi mereka untuk memiliki kesempatan untuk menyadari ketika anggota kawanan mereka tidak lagi bersama mereka.
“Hal itu sangatlah penting bagi mereka untuk memahami bahwa individu tersebut bukan lagi bagian dari kelompok mereka,” ucapnya.
Kurang dari seminggu semenjak kematian terakhir, mamalia raksasa tersebut tampak tidak peduli dengan aktivitas sehari-hari mereka, mulai dari berenang di kolam besar hingga mencari makanan.
Mereka menyelipkan belalainya ke dalam lubang di mana program komputer secara acak dapat mendistribusikan wortel dan rumput kering yang bertujuan untuk membuat hewan tersebut berjalan dan mencari makanan layaknya di alam liar. (Gracia Anggellica)
“Kami masih belum mengetahui mengapa dan kapan hal itu terjadi,” ucap Marty.
Sebanyak lima gajah Asia yang tersisa di kebun binatang – seluruhnya gajah dewasa – diperbolehkan untuk menghabiskan beberapa waktu berkumpul di sekitar anggota keluarga yang tersisa, serta teman mereka.
Marty mengatakan penting untuk memberikan mereka (hewan) “cukup waktu (untuk) mengucapkan selamat tinggal.”
“Sulit untuk mengatakan mereka sedih atau tidak karena kesedihan merupakan hal yang manusiawi,” ujarnya.
Lantaran gajah merupakan hewan yang sangat sosial, Marty menekankan bahwa sangat penting bagi mereka untuk memiliki kesempatan untuk menyadari ketika anggota kawanan mereka tidak lagi bersama mereka.
“Hal itu sangatlah penting bagi mereka untuk memahami bahwa individu tersebut bukan lagi bagian dari kelompok mereka,” ucapnya.
Kurang dari seminggu semenjak kematian terakhir, mamalia raksasa tersebut tampak tidak peduli dengan aktivitas sehari-hari mereka, mulai dari berenang di kolam besar hingga mencari makanan.
Mereka menyelipkan belalainya ke dalam lubang di mana program komputer secara acak dapat mendistribusikan wortel dan rumput kering yang bertujuan untuk membuat hewan tersebut berjalan dan mencari makanan layaknya di alam liar. (Gracia Anggellica)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News