PBB peringatkan perubahan iklim semakin intensif. Foto: AFP
PBB peringatkan perubahan iklim semakin intensif. Foto: AFP

Tanggapi Laporan PBB Terkait Perubahan Iklim, Inggris Desak Tindakan Global

Fajar Nugraha • 10 Agustus 2021 09:59
London: Inggris menyerukan tindakan global yang mendesak dalam menanggapi laporan PBB yang diterbitkan tentang sains perubahan iklim. Laporan itu mengatakan bahwa bumi semakin lebih panas dari yang diperkirakan sebelumnya.
 
Laporan terbaru yang diterbitkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) ini merupakan peringatan keras dari para ilmuwan di seluruh dunia bahwa aktivitas manusia telah merusak planet ini pada tingkat yang mengkhawatirkan. 
 
Baca: Laporan Badan PBB: Perubahan Iklim Meluas, Cepat, dan Semakin Intensif.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa perubahan iklim telah berdampak di setiap wilayah di seluruh dunia dan bahwa tanpa tindakan segera untuk membatasi pemanasan, gelombang panas, curah hujan yang tinggi, kekeringan, dan hilangnya es Laut Arktik, lapisan salju dan lapisan es, semuanya akan meningkat sementara penyerap karbon akan menjadi kurang efektif dalam memperlambat pertumbuhan karbondioksida di atmosfer.
 
Laporan tersebut menyoroti bahwa pengurangan emisi global menjadi nol bersih, yang dimulai segera, pada pertengahan abad akan memberikan peluang bagus untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5C dalam jangka panjang dan membantu menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.
 
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, laporan The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) ini menjadi topik yang serius. Jelas bahwa dekade berikutnya akan menjadi sangat penting untuk mengamankan masa depan planet ini.
 
“Kami tahu apa yang harus dilakukan untuk membatasi pemanasan global, menghentikan penggunaan batu bara dan beralih ke sumber energi bersih, melindungi alam, dan menyediakan pendanaan iklim untuk negara-negara di garis depan," ujar Johnson, dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Selasa 10 Agustus 2021.
 
Lebih lanjut Johnson menjelaskan bahwa Inggris memimpin dan mendekarbonisasi ekonominya lebih cepat daripada negara mana pun di G20 selama dua dekade terakhir.
 
“Saya berharap laporan IPCC hari ini akan menjadi peringatan bagi dunia untuk mengambil tindakan sekarang, sebelum kita bertemu di Glasgow pada bulan November untuk KTT COP26 yang penting," ungkap Johnson.
 

Perubahan ekstrem

Saat peristiwa ekstrem dirasakan di seluruh dunia, mulai dari kebakaran hutan di Amerika Utara hingga banjir di Tiongkok, di seluruh Eropa, India, dan sebagian Afrika, serta gelombang panas di Siberia, Presiden COP Alok Sharma telah bernegosiasi dengan pemerintah dan bisnis untuk meningkatkan ambisi iklim global.
 

 
Negosiasi juga demi mengambil tindakan sesegera mungkin untuk membantu mengurangi separuh emisi global dalam dekade berikutnya dan mencapai emisi nol bersih pada pertengahan abad untuk menjaga agar target 1,5C yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris tetap terjangkau.
 
Inggris telah menunjukkan kepemimpinan dengan rencana yang jelas untuk mengurangi emisinya sebesar 68 persen pada 2030 dan 78 persen pada 2035, yang mengarah ke nol bersih pada 2050. Saat ini, lebih dari 75 persen ekonomi  dunia kini tercakup dalam target nol bersih – naik 30 persen sejak Inggris mengambil alih sebagai Presiden COP26.
 
Komitmen nol bersih yang pertama pada kelompok G7 dibentuk pada bulan Mei, dengan semua negara bersatu untuk target pengurangan emisi 2030 yang menempatkan mereka di jalur untuk mencapai tujuan ini pada tahun 2050. Namun, laporan hari ini menunjukkan bahwa lebih banyak tindakan yang sangat dibutuhkan untuk diambil secepatnya.
 
Beberapa kemajuan telah dicapai sejak Perjanjian Paris ditandatangani pada tahun 2015. Lebih dari 85 Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC) baru atau yang diperbarui hingga tahun 2030, yang mewakili lebih dari 110 pihak, telah diajukan untuk menetapkan bagaimana negara akan mengurangi emisi mereka dan mengatasi krisis iklim.
 
Dalam pertemuan dengan para ilmuwan Senin 9 Agustus Alok Sharma akan mendorong negara-negara yang belum melakukannya, untuk segera menyerahkan NDC baru atau yang diperbarui dengan rencana mereka untuk aksi iklim yang ambisius menjelang KTT penting COP26 akhir tahun ini di Glasgow. Khususnya semua ekonomi utama G20 yang bertanggung jawab atas lebih dari 80 persen emisi global.
 
“Pesan kami kepada setiap negara, pemerintah, bisnis, dan sebagian masyarakat sangat sederhana. Dekade berikutnya sangat menentukan, ikuti sains dan rangkul tanggung jawab Anda untuk menjaga tujuan 1,5C tetap berjalan," jelas Sharma.
 
“Kita dapat melakukan ini bersama-sama, muncul dengan target pengurangan emisi 2030 yang ambisius dan strategi jangka panjang di jalur menuju nol bersih pada pertengahan abad, dan mengambil tindakan sekarang untuk mengakhiri penggunaan tenaga batu bara, mempercepat peluncuran kendaraan listrik, mengatasi deforestasi dan mengurangi emisi metana," ujarnya.
 
 
 

UK International Champion untuk Adaptasi dan Ketahanan di Kepresidenan COP26 Anne-Marie Trevelyan mengatakan bahwa dampak perubahan iklim sudah mempengaruhi kehidupan dan mata pencaharian di seluruh dunia, dengan frekuensi dan keparahan yang meningkat.
 
Trevelyan mengatakan, bersamaan dengan kebutuhan untuk menurunkan emisi, laporan ini membunyikan alarm untuk segera membantu masyarakat yang rentan agar beradaptasi dan membangun ketahanan - di negara maju dan berkembang.
 
“Melindungi yang paling rentan adalah prioritas untuk Kepresidenan Inggris di COP26. Para pemimpin dunia harus memperhatikan ilmu pengetahuan dan bekerja sama untuk beradaptasi dengan perubahan iklim kita, serta bertindak untuk mencegah, meminimalisir, dan mengatasi kerugian dan kerusakan bagi mereka yang berada di garis depan," ujar Trevelyan.
 
Sementara itu Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan, laporan IPCC menjadi peringatan bagi kita untuk membulatkan tekad dan meningkatkan ambisi untuk mengurangi emisi.
 
“Kurang dari 90 hari sebelum konferensi COP26 dibuka di Glasgow, kami mempersiapkan upaya kami untuk mendorong semua negara, termasuk Indonesia sebagai mitra dekat kami, untuk mencapai tujuan ambisius yang dibutuhkan jika kita ingin mempertahankan target 1,5C yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris, dalam jangkauan”, tukas Owen.
 
Owen mengungkapkan bahwa Inggris dan Indonesia memiliki kemitraan jangka panjang dalam isu-isu iklim dan lingkungan. Menyusul penyerahan Strategi Jangka Panjang  Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060 ke UNFCCC pada 21 Juli lalu, Owen berharap dapat bekerja lebih erat dengan teman dan mitra di Indonesia menuju tujuan yang lebih ambisius demi menciptakan planet yang lebih aman dan lebih baik untuk semua.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan