WHO mengatakan negara-negara miskin tengah berjuang dengan kekurangan pasokan yang parah dan meningkatnya pandemi covid-19. Menurut WHO menghentikan suntikan booster hingga setidaknya akhir September akan membantu mengurangi ketimpangan drastis dalam distribusi vaksin antara negara kaya dan miskin.
Baca: WHO Inginkan Penggunaan Booster Vaksin Covid-19 Ditunda.
“Moratorium akan membantu memerangi pandemi yang telah menewaskan lebih dari 4,25 juta orang di seluruh dunia,” sebut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
“Kami tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global menggunakan lebih banyak lagi. Sementara orang-orang yang paling rentan di dunia tetap tidak terlindungi,” tegas Dirjen Tedros.
Washington belum mengumumkan rencana vaksinasi booster. Tetapi Gedung Putih tampaknya menolak seruan WHO, dengan alasan itu dapat memberikan dosis kepada orang Amerika dan mendukung upaya vaksinasi global.
"Kami benar-benar merasa bahwa itu adalah pilihan yang salah dan kami dapat melakukan keduanya," tegas Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa AS telah menyumbangkan lebih banyak dosis daripada negara lain mana pun.
“Kami juga memiliki persediaan yang cukup untuk memastikan bahwa setiap orang Amerika memiliki akses ke vaksin,” tambahnya, seperti dikutip AFP, Kamis 5 Agustus 2021.
Ini adalah seruan terbaru dari badan kesehatan PBB bagi negara-negara kaya untuk berbuat lebih banyak untuk membantu meningkatkan akses ke vaksin di negara berkembang.
Tedros mengatakan negara-negara kaya telah memberikan sekitar 100 dosis vaksin virus korona untuk rata-rata setiap 100 orang. Sementara negara-negara berpenghasilan rendah yang terhambat oleh pasokan yang terbatas, hanya mampu menyediakan sekitar 1,5 dosis per 100 orang.
Israel, Prancis, Jerman, dan banyak negara Timur Tengah telah mulai memberikan booster, dan negara-negara lain, termasuk AS dan Inggris, sedang mempertimbangkan rencana untuk melakukannya setelah munculnya varian Delta yang sangat mudah menular.
Dr Katherine O'Brien, Kepala Vaksin WHO, mencatat bahwa sementara "jumlah yang sangat terbatas" dari negara-negara memberikan dosis booster, lebih banyak lagi yang mempertimbangkannya.
“Buktinya berkembang. Ini bergerak. Kami tidak memiliki bukti lengkap tentang apakah ini diperlukan atau tidak," kata O'Brien, menambahkan bahwa pesan utamanya adalah bahwa "kita perlu fokus pada orang-orang yang paling rentan."
WHO telah lama berargumen bahwa tidak ada yang aman sampai semua orang aman, karena semakin lama dan semakin luas penyebaran virus korona, semakin besar peluang munculnya varian baru dan memperpanjang krisis global dalam memerangi pandemi.
Badan kesehatan PBB itu mengulangi seruan untuk “solidaritas” global untuk membantu memerangi pandemi virus korona dan mengimbau negara-negara kaya dan perusahaan untuk membantu.
“Kami membutuhkan kerja sama semua orang. Terutama segelintir negara dan perusahaan yang mengendalikan pasokan vaksin global,” kata Tedros, yang secara khusus menarik perhatian Kelompok 20 ekonomi besar yang berpengaruh.
“G20 memiliki peran kepemimpinan yang vital untuk dimainkan sebagai negara-negara yang merupakan produsen terbesar, konsumen terbesar, dan donor terbesar vaksin covid-19,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News