Presiden AS Donald Trump memberikan pidato perpisahan. Foto: AFP
Presiden AS Donald Trump memberikan pidato perpisahan. Foto: AFP

Sampaikan Perpisahan, Trump Tetap Tidak Menyebut Joe Biden

Yogi Bayu Aji • 20 Januari 2021 06:19
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menghitung saat-saat terakhir kekuasaannya. Trump pun merilis video perpisahannya pada 19 Januari 2021 tetapi menolak mengakui nama penerusnya, Joe Biden.
 
"Minggu ini, kami meresmikan pemerintahan baru dan berdoa untuk keberhasilannya dalam menjaga keamanan dan kemakmuran Amerika," kata Donald Trump, dalam pernyataan video tersebut, seperti dikutip AFP, Rabu 20 Januari 2021.
 
"Kami menyampaikan harapan terbaik kami, dan juga ingin mereka beruntung. Kata yang sangat penting,” sebutnya.

Trump hingga saat ini menolak untuk menawarkan konsesi penuh kepada Biden. Padahal jelas Joe Biden telah memenangkan pemilihan 3 November dengan 306 suara dari Electoral College dibandingkan dengan 232 suara yang diraih Trump. 
 
Presiden yang akan lengser itu tidak bertemu dengan Biden sebelum pelantikannya pada pukul 12.00 siang pada Rabu waktu setempat. Dia lebih memilih untuk terbang ke Florida, di mana dia diharapkan untuk tinggal setelah masa jabatannya di Gedung Putih.
 
Trump berkampanye dengan janji untuk ‘Membuat Amerika Hebat Lagi’ tetapi meninggalkan Gedung Putih dengan 400.000 orang meninggal karena virus korona yang risikonya dia remehkan, ekonomi yang berjuang dari pandemi, dan hubungan tegang dengan sekutu utama AS.
 
"Bahaya terbesar yang kita hadapi adalah hilangnya kepercayaan pada diri kita sendiri, hilangnya kepercayaan pada kebesaran nasional kita," sebut Trump.
 
"Amerika bukanlah bangsa berjiwa jinak pemalu yang perlu dilindungi dan dilindungi dari orang-orang yang tidak kita setujui,” tegasnya.
 

 
Trump telah bersembunyi di Gedung Putih selama minggu-minggu terakhir masa jabatannya, terguncang setelah kerusuhan oleh para pendukungnya di Capitol yang menewaskan lima orang, termasuk seorang petugas Kepolisian Capitol.
 
Penyerbuan, yang terjadi setelah unjuk rasa di mana Trump mengulangi tuduhan palsu penipuan pemilu, telah membayangi segala upaya untuk menekankan warisan Presiden AS itu di hari-hari terakhirnya menjabat.
 
Dalam pidato yang direkam, Trump berusaha menyoroti aspek kepresidenannya yang dia banggakan.
 
"Kami melakukan apa yang ingin dilakukan dan lebih banyak lagi. Saya menjalani pertempuran yang sulit, pertarungan yang paling sulit, pilihan yang paling sulit - karena itulah yang Anda pilih untuk saya lakukan,” ucapnya.
 
Trump mencatat kesepakatan perdamaian Timur Tengah yang dimediasi oleh pemerintahannya dan memuji agenda kebijakan luar negerinya.
 
"Kami merevitalisasi aliansi kami dan mengumpulkan negara-negara di dunia untuk melawan Tiongkok tidak seperti sebelumnya. Saya sangat bangga menjadi presiden pertama dalam beberapa dekade yang tidak memulai perang baru,” tegas Trump.
 
Trump, yang lengser di tengah perpecahan yang mendalam di negara itu, mengakui kerusuhan Capitol. Dia terlambat untuk mengutuk kekerasan yang terjadi pada 6 Januari.
 
"Semua orang Amerika ngeri dengan serangan di Capitol kami. Kekerasan politik adalah serangan terhadap segala sesuatu yang kami hargai sebagai orang Amerika. Itu tidak pernah bisa ditolerir," tutur Trump.
 
Dan presiden, yang diramalkan oleh mantan penasihatnya telah kehilangan banyak masa depan politik setelah kerusuhan, menyarankan gerakannya akan terus berlanjut.
 
"Sekarang, saat saya bersiap untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan baru pada siang Rabu. Saya ingin Anda tahu bahwa gerakan yang kami mulai baru saja dimulai," ucap Trump.
 
"Saya pergi dari tempat yang megah ini dengan hati yang setia dan gembira serta semangat optimis, dan keyakinan tertinggi bahwa untuk negara kita dan untuk anak-anak kita. Yang terbaik masih akan datang,” pungkas Trump.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan