Setelah kejadian, Taha Cetin dan semua taruna lainnya tidak boleh meninggalkan markas mereka di Yalova. Mereka diinterogasi selama sepuluh hari sebelum dibebaskan. Kemudian, Cetin melanjutkan kuliah di bidang bisnis.
Pada 2018, Cetin ditangkap dan didakwa dengan pelanggaran teroris dan percobaan kudeta. Dia dibawa ke Penjara Silivri dan dibebaskan tujuh bulan kemudian. Setelah bebas, dia pergi dari Turki.
"Saya takut karena mereka juga bisa menghukum saya dengan hukuman penjara seumur hidup," kata pria berusia 28 tahun itu.
Cetin tinggal di rumah pengungsi di North Rhine-Westphalia, Jerman. Kelompok taruna Yalova lainnya, Faruk Karabey, bercerita sebelum kudeta dirinya dibawa ke Ankara. Di sana mereka diinformasikan akan mengikuti latihan terjun payung.
“Kami berada di barak tentara pada malam kudeta dan melihat berita di televisi bahwa ada percobaan kudeta,” kata Faruk Karabey kepada
FR.de.
Karabey mengatakan jet tempur terbang rendah di atas ibu kota malam itu. Kemudian, Karabey dan rekan-rekannya dipanggil ke
mess petugas dan kemudian harus berkumpul di lapangan parade.
"Semua 142 taruna harus naik bus," kata mantan mahasiswa militer itu.
Mereka menunggu di sana dan dua helikopter militer mendarat di pangkalan. Perwira tentara keluar dan memutuskan membawa mereka pergi dengan helikopter.
"Kami naik helikopter dalam kelompok kecil dan diterbangkan ke pangkalan udara Etimesgut," kata Karabey.