Bahan Bakar Fosil
Untuk kali pertama, sebuah perjanjian iklim global meminta negara-negara dunia untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap batu bara. Tak hanya itu, negara-negara dunia juga diminta untuk mengurangi subsidi bahan bakar fosil.Seruan ini ditujukan khusus kepada sumber energi yang banyak digunakan negara-negara di dunia. Menurut jajaran ilmuwan, penggunaan bahan bakar fosil merupakan faktor utama terjadinya perubahan iklim.
Sebelum Perjanjian Iklim Glasgow diadopsi, India meminta agar kesepakatan tersebut memasukkan kata "mengurangi" (phase down) alih-alih "menghentikan" (phase out) penggunaan batu bara. Perubahan kata-kata tersebut memicu kekhawatiran sejumlah negara, namun pada akhirnya disepakati demi diadopsinya Perjanjian Iklim Glasgow.
Untuk di bidang pengurangan subsidi bahan bakar fosil, kata "menghentikan" tetap digunakan.
Baca: Tekan Emisi Karbon, Pertamina Mulai Bangun Kampung Iklim
Aliran Dana untuk Negara Miskin dan Rentan
Perjanjian Iklim Glasgow menyerukan penyaluran dana dari negara-negara kaya kepada negara miskin dan rentan. Negara-negara kaya dinilai bertanggung jawab atas perubahan iklim yang dampak terburuknya dirasakan negara berpenghasilan menengah ke bawah."Mendesak negara-negara maju untuk setidaknya melipatgandakan provisi kolektif mereka dalam pendanaan iklim untuk adaptasi kepada negara-negara berkembang hingga 2025," tulis Perjanjian Iklim Glasgow.
Dalam perjanjian juga disebutkan mengenai "kehilangan dan kerugian," merujuk pada harga atau ongkos mahal yang telah dibayar sejumlah negara yang terkena dampak buruk perubahan iklim. Selama bertahun-tahun, negara-negara itu menginginkan aliran dana untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
Di bawah Perjanjian Iklim Glasgow, negara-negara maju secara esensial hanya sepakat untuk melanjutkan diskusi terkait topik tersebut, bukan secara spesifik menetapkan waktu penyaluran dana ke negara-negara miskin dan rentan.