“Prancis tidak akan menyerah pada terorisme,” tegas Macron, seperti dikutip CNN, Jumat 30 Oktober 2020.
"Sangat jelas Prancis sedang diserang," kata Macron.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Baca: Tiga Tewas dalam Serangan di Prancis, Salah Satu Korban Dipenggal.
Prancis kini telah meningkatkan pedoman peringatan teror nasional ke tingkat ‘darurat’ tertinggi. 4.000 personel militer akan dikerahkan untuk meningkatkan keamanan di sekolah, gereja, dan tempat ibadah lainnya.
“Negara harus menggunakan serangan semacam itu untuk bersatu dan tidak menyerah pada semangat perpecahan," tambah Presiden Prancis.
Penikaman itu terjadi di Basilika Notre-Dame kota Mediterania pada Kamis. Ini berlangsung pada saat ketegangan yang meningkat di negara itu atas Islam, sekularisme dan kebebasan berbicara.
Salah satu korban, seorang wanita berusia 60 tahun, ditemukan di pintu masuk gereja dengan luka dalam di tenggorokannya, kata jaksa anti-teror Prancis Jean-François Ricard.
“Seorang pria berusia 55 tahun, penjaga gereja, juga meninggal karena luka fatal di tenggorokan. Korban ketiga, seorang wanita berusia 44 tahun, ditikam beberapa kali sebelum melarikan diri dari gereja. Dia meninggal di restoran terdekat,” ucap Ricard.
Gerakan tersangka
Tersangka, yang dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis, telah diidentifikasi oleh polisi Prancis sebagai Brahim Aouissaoui. Dia tidak dikenal oleh dinas intelijen Prancis dan tidak ada dalam file sidik jari nasional.Baca: Pelaku Serangan Nice Berasal dari Tunisia Masuk dari Italia.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Italia, Aouissaoui adalah warga negara Tunisia. Sebuah sumber yang diberitahu tentang penyelidikan mengatakan kepada CNN bahwa Aouissaoui memasuki Eropa pada September melalui pulau Lampedusa di Italia selatan.