Para menteri dituduh "apatis" dan terperosok dalam "kelambatan dan ketidakjelasan" selama krisis evakuasi.
Kekacauan itu dipicu oleh laporan di media lokal bahwa Duta Besar Belanda telah memohon kepada pemerintah sejak Maret 2020 untuk melakukan persiapan, tetapi para menteri hanya memutuskan dua hari sebelum jatuhnya Kabul.
Bencana itu telah membangkitkan kenangan pahit di Belanda tentang kegagalan kebijakan luar negeri lainnya, ketika pasukan penjaga perdamaian Belanda gagal mencegah pembantaian Srebrenica 1995 selama Perang Bosnia.
Penyiar Belanda NOS mengatakan akan "sangat sulit" bagi Kaag untuk tetap bertahan, mengingat bahwa setelah pemilihan dia telah membuat seruan kuat untuk perubahan politik.
Kaag sendiri telah meminta Rutte untuk mengundurkan diri pada April setelah dia juga dikutuk oleh parlemen atas klaim dia berbohong tentang pembicaraan koalisi, tetapi perdana menteri bertahan.
Perselisihan Afghanistan sekarang mengancam untuk lebih memperumit pembicaraan koalisi yang telah berlarut-larut sejak pemilihan, dengan pemerintahan sementara masih di tempat enam bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News