Baca: Uji Klinis Vaksin Oxford Ditunda Terkait Efek Samping.
Sebelumnya, juru bicara AstraZeneca mengatakan kepada Guardian Rabu 9 September 2020 bahwa uji klinis fase tiga telah dihentikan untuk meninjau "penyakit yang berpotensi tidak dapat dijelaskan”. Penyakit ini mendera salah satu relawan uji coba.
Juru bicara tersebut menekankan bahwa reaksi merugikan hanya dicatat pada satu peserta dan mengatakan uji coba berhenti adalah hal biasa selama pengembangan vaksin.
"Sebagai bagian dari uji coba global acak terkontrol vaksin virus korona Oxford yang sedang berlangsung, proses peninjauan standar kami telah memicu penundaan sementara. Kami menghentikan vaksinasi untuk memungkinkan peninjauan data keamanan oleh komite independen," kata juru bicara itu, seperti dikutip Guardian.
“Ini adalah tindakan rutin yang harus dilakukan setiap kali ada penyakit yang berpotensi tidak dapat dijelaskan di salah satu uji coba. Ketika sedang diselidiki, kami memastikan untuk menjaga integritas uji coba. Dalam uji coba besar, penyakit akan muncul secara kebetulan, tetapi harus ditinjau secara independen untuk memeriksanya dengan cermat,” tegasnya.
“Kami sedang bekerja untuk mempercepat peninjauan peristiwa tunggal untuk meminimalkan potensi dampak pada jadwal uji coba. Kami berkomitmen terhadap keselamatan peserta kami dan standar perilaku tertinggi dalam uji coba kami,” jelas pihak AstraZeneca.
Vaksin tersebut, yang diharapkan tersedia untuk umum pada awal Januari, adalah salah satu dari dua proyek di mana pemerintah Australia berencana menghabiskan USD1,7 miliar sebagai bagian dari kesepakatan untuk memastikan vaksin gratis bagi semua warga negara.
Pada Senin, pemerintahan Perdana Menteri Scott Morrison berkomitmen untuk membeli 33,8 juta dosis vaksin jika terbukti efektif. Tetapi menanggapi pengumuman AstraZeneca tersebut, Wakil Kepala Medis Australia Nick Coatsworth mengatakan jeda uji coba "sama sekali tidak membuat vaksin itu benar-benar menemui kegagalan”.
“Di satu sisi, ini memperkuat bahwa terlepas dari sifat pengembangan vaksin yang dipercepat, keamanan berada di garis depan semua pihak. Itu akan menjadi proses yang cukup standar jika ada reaksi yang sangat parah dan mereka tidak yakin apakah (itu terkait) dengan vaksin juga,” katanya kepada Seven Network.
“Mereka sedang mengumpulkan semua informasi dan mengadakan penilaian untuk saat ini. Kami harus mengingat bahwa puluhan ribu orang kini telah menerima vaksin ini, jadi ini adalah bukti ketelitian dan fokus keamanan yang diterapkan orang-orang dalam pengembangan vaksin,” tutur Coatsworth.
Vaksin University of Oxford, yang akan diberikan dalam beberapa dosis, telah memasuki uji coba fase tiga di Inggris, AS, Brasil, Afrika Selatan dan India. Sebelumnya vaksin ini telah menghasilkan tanggapan kekebalan yang kuat.
Inggris membuat kesepakatan awal untuk vaksin, kemudian meningkatkan pesanannya menjadi 100 juta dosis.
Pada Selasa, akademisi yang terlibat dalam uji coba menulis bahwa itu adalah salah satu dari enam vaksin covid-19 di dunia yang sekarang dalam fase tiga atau langkah terakhir sebelum vaksin disetujui.
Mereka menulis bahwa vaksin itu sedang diuji pada petugas kesehatan di Inggris, serta sukarelawan dari masyarakat yang berusia lebih dari 70 tahun. Hingga Selasa, 17.000 orang di seluruh Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan telah divaksinasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News