Seruan ini dikeluarkan supaya mereka mencapai daerah Ghouta, yang terkepung. Roket dan bom barel yang dijatuhkan oleh pasukan pro-pemerintah membunuh lebih banyak orang pada hari keempat dari serangan yang intens.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menuntut penghentian segera semua kegiatan pertempuran di daerah pinggiran Damaskus yang terkepung. (Baca: PBB Khawatir dengan Serangan Brutal di Ghouta Timur).
Komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia, Zeid Ra'ad Al Hussein, juga menyerukan penghentian segera permusuhan. Memperingatkan bahwa ‘warga sipil dibantai dengan membabi-buta’.
Penduduk yang ketakutan di daerah tersebut, di mana 400.000 orang terjebak di pinggiran kota Damaskus, berlindung di gua-gua, tempat pembuangan sampah, dan ruang bawah tanah, saat hujan bom menghantam rumah-rumah, jalan, dan rumah sakit. Di sela itu, para pejabat bantuan memperingatkan bahwa ‘malapetaka kemanusiaan’ sedang berlangsung.
Dalam pernyataannya, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan bahwa petugas medis di Ghouta timur tidak dapat mengatasi jumlah korban luka yang tinggi. Seraya menambahkan bahwa "korban yang terluka mati karena mereka tidak dapat diobati pada waktunya".
Seruan untuk jeda dalam pertempuran agar makanan dan bantuan medis mencapai Ghouta timur. Soalnya beberapa agen internasional, yang bekerja dengan mitra lokal di daerah yang padat penduduknya di pinggiran kota Damaskus, mengumumkan bahwa mereka menangguhkan program mereka karena risiko.
Tersendatnya upaya bantuan di daerah itu, hanya satu konvoi bantuan kecil yang masuk sejak November. Tingkat kekurangan gizi akut di antara anak-anak di daerah kantong telah meningkat empat kali lipat dalam waktu kurang dari satu tahun ke tingkat tertinggi selama perang tujuh tahun Suriah.
(Baca: Pembantaian Makin tak Terbayangkan Melanda Ghouta).
"Hanya demi secangkir air atau sepotong roti bisa mengambil nyawa seseorang karena dia diserang rudal," kata Dr Fayez Orabi, dokter di Ghouta timur. "Mereka tidak bisa keluar dari tempat penampungan mereka," cetusnya seperti dinukil Guardian, Kamis 22 Februari 2018.
"Dua pekan lalu kami berhasil mengantarkan makanan yang cukup bagi 7.000 orang dalam konvoi pertama selama tiga bulan. Kurang dari dua persen orang yang membutuhkannya mendapat bantuan. Kami sudah meminta-minta agar setiap orang stop berperang, namun secara realistis kami memerlukan penghentian sebulan untuk mengirimkan satu bulan jatah," kata Jakob Kern, Kepala Program Pangan Dunia di Damaskus.
Dia menambahkan: "Ketika kami melakukan survei setahun yang lalu, kekurangan gizi mencapai tiga persen dan kini hampir 12 persen dan itu memberi tahu Anda banyak hal."
"Bukan hanya makanan tapi sumber medis. Jika Anda terluka, Anda tidak akan diobati. Jika Anda sakit, Anda atau saya bisa bertahan dengan antibiotik, atau risikonya Anda akan mati," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News