Seperti dilansir BBC, Selasa 6 Maret 2018, serangan terbaru itu terjadi hanya beberapa jam usai konvoi bantuan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meninggalkan Ghouta Timur karena situasi yang tidak memungkinkan.
Pemerintah Suriah sudah beberapa kali dituduh menggunakan senjata klorin di Ghouta Timur. Namun, Damaskus secara tegas membantahnya.
Dugaan penggunaan senjata kimia terjadi di kota Hammoria di Ghouta Timur, yang memicu evakuasi puluhan warga sipil. Informasi disampaikan Pertahanan Sipil Suriah, yang relawannya dikenal luas dengan nama White Helmets.
Baca: Presiden Suriah: Kami akan Terus Serang Ghouta Timur
Grup tersebut menuliskan di Twitter bahwa, "ada tambahan 30 kasus kesulitan bernapas," termasuk yang menimpa wanita dan anak-anak, akibat "serangan gas dari rezim."
Sementara grup pemantau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) mengatakan belum dapat menentukan secara spesifik mengapa ada beberapa orang yang kesulitan bernapas di Ghouta Timur.
Presiden Suriah Bashar al-Assad membantah beragam tuduhan penggunaan senjata kimia ini sebagai "kebohongan konyol."
Masih di hari yang sama, militer Rusia menawarkan para pemberontak akses keluar dari Ghouta Timur. Para pemberontak diizinkan keluar dengan membawa keluarga serta senjata pribadi masing-masing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News