Warga mencari jenazah di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat pengeboman Israel di Jalur Gaza. Foto: AFP PHOTO/Mahmud Hams
Warga mencari jenazah di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat pengeboman Israel di Jalur Gaza. Foto: AFP PHOTO/Mahmud Hams

Pimpinan HAM PBB Mengundurkan Diri Akibat Gagal Tangani Genosida di Gaza

Fatha Annisa • 01 November 2023 11:35
Jakarta: Direktur Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), di New York, Craig Mokhiber, mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran diri ini sebagai bentuk protes terhadap kegagalan PBB dalam menangani keadaan yang terjadi di Jalur Gaza. 
 
Pengunduran diri Mokhiber menjadi perbincangan hangat di media sosial. Terlebih, sebelumnya Mokhiber sangat aktif di Twitter menyuarakan isu-isu Palestina dan menyebut apa yang terjadi di Gaza adalah genosida yang dipicu oleh Amerika Serikat (AS) dan Barat. 
 
“Genosida yang kita saksikan di Palestina adalah produk dari impunitas Israel selama puluhan tahun yang diberikan AS dan pemerintah Barat lainnya. Dan puluhan tahun dehumanisasi dari rakyat Palestina oleh media korporat Barat. Kedua hal itu harus selesai sekarang. Angkat suara untuk HAM," ujar Craig Mokhiber, Selasa, 31 Oktober 2023, waktu setempat. 
 
Pimpinan HAM PBB Mengundurkan Diri Akibat Gagal Tangani Genosida di Gaza
Foto: Tangkapan layar
 
Baca juga: Utusan Khusus Palestina di PBB: Setiap Menit Sangat Berarti Bagi Warga Kami

 
Mokhiber menulis surat pada 28 Oktober yang ditujukan bagi Komisaris Tinggi PBB di Jenewa Volker Turk. Ia mengatakan pesan tersebut akan menjadi komunikasi terakhir dalam perannya di PBB. 
 
“Sekali lagi kita melihat genosida terjadi di depan mata. Organisasi yang kita layani tampaknya tidak berdaya untuk menghentikannya," tulisnya kepada Volker, dikutip dari The Guardian, Rabu, 1 November 2023. 
 
Dia mengatakan PBB sebelumnya telah gagal mencegah genosida terhadap suku Tutsi di Rwanda; warga Muslim di Bosnia; kelompok Yazidi di Kurdistan Irak; dan Rohingya di Myanmar. Kali ini, ia menilai PBB kembali gagal mencegah genosida di Gaza. 
 
“Komisaris Tinggi gagal lagi. Pembantaian besar-besaran terhadap rakyat Palestina saat ini, yang berakar pada ideologi pemukim kolonial etno-nasionalis, merupakan kelanjutan dari penganiayaan dan pembersihan sistematis yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Sepenuhnya didasarkan pada status mereka sebagai orang Arab, tidak ada keraguan," papar dia. 
 
Baca juga: Situasi di Gaza Kian Parah, Menlu Retno: Saya Tak Habis Pikir DK PBB Masih Diam

 
Mokhiber menambahkan tragedi di Jalur Gaza adalah contoh kasus genosida. Ia menyebut bahwa AS, Inggris, dan sebagian besar negara Eropa tidak hanya menolak memenuhi kewajiban perjanjian mereka berdasarkan Konvensi Jenewa, tetapi juga mempersenjatai serangan Israel dan memberikan perlindungan politik serta diplomatik terhadap konflik tersebut.
 
Surat pengunduran dirinya itu tidak menyebutkan serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang menewaskan lebih dari 1.400 orang dan menyandera 240 orang. Tetapi, ia menyerukan dalam suratnya untuk mengakhiri negara Israel secara efektif. 
 
“Kita harus mendukung pembentukan negara sekuler yang demokratis dan tunggal di seluruh wilayah Palestina yang bersejarah, dengan hak yang sama bagi umat Kristen, Muslim, dan Yahudi. Penghapusan kelompok-kelompok yang sangat rasis dan pemukim-proyek kolonial dan mengakhiri apartheid di seluruh negeri,” tulisnya. 
 
Baca juga: Putus Asa, Ribuan Warga Gaza Ambil Barang Kebutuhan di Gudang UNRWA

Siapa Craig Mokhiber?

Pimpinan HAM PBB Mengundurkan Diri Akibat Gagal Tangani Genosida di Gaza
Craig Mokhiber. Foto: Twitter

Mokhiber telah bekerja untuk PBB sejak 1992 dan memegang sejumlah peran penting. Ia memimpin tugas komisaris tinggi dalam merancang pendekatan pembangunan berbasis hak asasi manusia. Dia bertindak sebagai penasihat senior hak asasi manusia di Palestina, Afghanistan, dan Sudan.
 
Mokhiber juga merupakan seorang pengacara yang berspesialisasi dalam hukum hak asasi manusia internasional, serta pernah tinggal di Jalur Gaza pada tahun 1990-an. Dalam perannya sebagai direktur kantor komisaris tinggi hak asasi manusia di New York, dia kerap mendapat kecaman dari kelompok pro-Israel karena komentarnya di media sosial. 
 
Mokhiber dikritik karena memberikan dukungan terhadap gerakan boikot, divestasi, sanksi (BDS), dan menuduh Israel melakukan apartheid sebuah tuduhan yang dia ulangi dalam surat terakhirnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan