Menariknya, sebelum memulai karier sebagai Chef Profesional, Chan justru aktif sebagai seorang petinju profesional dan praktisi seni bela diri Tiongkok.
Mengutip Tatler Asia, titik awal Chan menuju dapur terjadi di awal 1980-an, ketika tinju diatur ulang oleh regulasi di Hong Kong, yang memaksanya beralih ke dunia kuliner.
Pada tahun 1983, ia bergabung dengan restoran papan atas seperti Fook Lam Moon dan Guo Fu Lou, termasuk memimpin pembukaan cabang di Jepang (Tokyo & Osaka) dan memegang jabatan Chinese Executive Chef.
Chan dikenal menggabungkan disiplin tinggi dan ketekunan dari latar seni bela dirinya ke dalam dapur antara lain latihan rutin, fokus, dan konsisten.
Pengalaman panjangnya membuat Chan kini ditunjuk sebagai Master Executive Chef di Duddell’s, di bawah grup JIA Group. Sejak itu, ia mengubah menu dengan tambahan hidangan musim dan a la carte yang inovatif.
| Baca juga: Chef Kelas Dunia Meriahkan Hong Kong Wine & Dine Festival 2025 | 
Beberapa hidangan unggulannya di Duddell’s meliputi Crispy Fried Chicken (ayam goreng kulit super renyah yang dimasak dengan teknik menuangkan minyak panas ratusan kali) dan Sauteed Jumbo Prawns with Chicken Broth (udang jumbo dalam kaldu ayam slow-cooked) yang mencerminkan keahlian teknik tinggi.

Di bawah kepemimpinannya, Duddell’s terus mendapatkan pengakuan internasional, termasuk bintang Michelin dan masuk daftar restoran terbaik Asia.
Visi melestarikan cita rasa Kanton
Sebagai chef yang lahir dari budaya yang kuat, Chan ingin meninggalkan legasi dalam dunia kuliner, khususnya melestarikan cita rasa kuliner Kanton kepada generasi ke generasi.
"Saya ingin menjaga keaslian cita rasa masakan Kanton agar terus lestari lintas generasi, sekaligus memastikan setiap generasi tidak hanya mempertahankannya, tetapi juga mampu mengekspresikan keagungan tradisi kuliner ini," kata Chan.
| Baca juga: Intip Keseruan Hong Kong Wine & Dine Festival 2025, Ada Apa Saja? | 
Untuk merealisasikan hal tersebut, Chan harus adaptif dengan terus berinovasi memadukan cita rasa tradisional dengan sentuhan modern.

"Filosofi memasak saya adalah bahwa kuliner merupakan sebuah bentuk seni, bukan sekadar produk untuk dijual. Untuk memperkenalkan cita rasa klasik kepada generasi muda, saya berfokus menjaga kedalaman rasa khas masakan Kanton tradisional sambil memadukannya secara cermat dengan sentuhan modern. Tujuan saya adalah menyampaikan esensi warisan kuliner kami dengan cara yang tetap autentik namun relevan dan menarik bagi generasi baru," tegasnya.
Petuah untuk chef muda
Tak ketinggalan, Chan juga tak sungkan untuk berbagi petuah untuk para koki muda yang sedang mengejar karier.
"Anda harus memiliki hati yang tangguh dan tekad yang kuat. Menjadi seorang koki tidak hanya membutuhkan keterampilan, tetapi juga kekuatan mental—terutama ketika bekerja di berbagai budaya dan dapur di luar negeri.
Menurutnya, hal terpenting dalam dunia kuliner adalah konsistensi, kemudian disusul kreativitas. "Konsistensi adalah fondasi utama, inti dari segala yang kita lakukan. Kreativitas menjadi lapisan tambahan yang menghadirkan kesempurnaan sekaligus keunikan," pungkas Chan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
                    Google News
                
            Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
 
   
                 
                 
                 
                 
                