"Hubungan kita memang terkadang menjadi renggang, tapi kami tetap memerlukan TKI," ujar Abdul Jalil, Penasihat Eksekutif Editorial Sinar Harian, salah satu surat terbesar di Malaysia.
Baca juga: Setahun Kematian Adelina Lisao, Masih Belum Ada Keadilan.
Kepada rombongan jurnalis asal Indonesia di kantor Sinar Harian di Shah Alam, Kamis 14 Februari 2019, Abdul mengatakan bahwa TKI sudah banyak membantu Malaysia sejak dahulu kala. Para TKI itu banyak yang bekerja di bidang pertanian, perindustrian, tekstil dan juga menjadi asisten rumah tangga (ART).
Kunjungan jurnalis Indonesia ini merupakan bagian dari program Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia - Indonesia (ISWAMI) yang berlangsung pada 12-14 Februari.
Untuk urusan ART, Abdul mengaku ada seorang WNI yang sudah bekerja di rumahnya sejak 28 tahun terakhir. WNI itu bernama Sumi, seorang wanita asal Semarang.
"Mbak Sumi ini sudah menjadi bagian dari keluarga saya. Bahkan saya dan keluarga pernah dua hingga tiga kali ke kampung dia di Semarang," ungkap dia.
Mengenai adanya sejumlah kekerasan terhadap TKI di Malaysia, Abdul meyakini hal tersebut sebagai isolated cases, atau bukan mewakili mayoritas dari kondisi sebenarnya. Ia yakin pekerja WNI yang diperlakukan layak di Malaysia jumlahnya jauh lebih tinggi dari kasus kekerasan.
"Kami sangat menentang kekerasan. Kasus kekerasan terhadap TKI di sini selalu diusut ke jalur hukum. Tapi memang proses peradilan membutuhkan waktu," sebut Abdul.
Salah satu kasus tersebut adalah yang menimpa Adelina Lisao, seorang TKI asal Kupang. Kasus tahun 2018 itu sempat menjadi sorotan global setelah diketahui bahwa Adelina dipaksa majikannya untuk tidur di samping seekor anjing di area garasi rumah.
Baca juga: Ibu Majikan Adelina Diancam Hukuman Mati.
Saat diselamatkan dari rumah majikannya pada 10 Februari 2018, Adelina ditemukan dalam kondisi luka parah. Ia meninggal dunia satu hari setelahnya.
"Proses peradilan kasus kematian TK yang di Penang (Adelina Lisao) masih berjalan hingga saat ini. Majikannya sudah diproses hukum," tutur Abdul.
Menurut Abdul, saat ini ada sekitar dua juta buruh migran di Malaysia, yang mayoritasnya berasal dari Indonesia dan Kamboja. Ia meminta secara khusus kepada Indonesia sebagai tetangga dekat Malaysia untuk tetap berhubungan baik.
"Kita ini serumpun. Jangan ada dendam di antara kita," ucap Abdul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News