Baca juga: Tiga Fokus Diplomasi Indonesia untuk 5 Tahun ke Depan.
"Paslon 01, realitas geopolitiknya telah bergeser. Tahun 2014, beliau bicara soal poros maritim dunia, namun sepertinya setelah jalan lima tahun mengalami pergeseran," kata Ketua Departemen Hubungan Internasional Center for Strategic and International Studies (CSIS) Shafiah Muhibat dalam Forum Diskusi Seri Pemilu 2019, di Auditorium CSIS, Jakarta, Senin 1 April 2019.
Shafiah menuturkan Jokowi juga saat ini lebih condong ke teknologi, terutama ke ranah cyber. Ini dinilai dari ucapannya yang menggunakan istilah 'fast and small states'.
Sementara itu, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menggarisbawahi bahwa supremasi kekuatan militer penting dalam hubungan internasional. "Dia lebih mementingkan kekuatan militer daripada kekuatan diplomasi," imbuh Shafiah.
Pada pemilihan presiden 2014 lalu, Presiden Jokowi memprioritaskan Indonesia sebagai poros maritim untuk kebijakan luar negerinya. Padahal, permasalahan maritim masih menjadi salah satu masalah inti di komunitas internasional.
Baca juga: Dunia Percaya Indonesia Berperan Ciptakan Perdamaian.
Sejumlah isu maritim yang masih menjadi topik hangat hingga saat ini, seperti Laut China Selatan. Meski demikian, Jokowi masih sempat menyinggung soal penjagaan ketat batas-batas Indonesia di Natuna dan Morotai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News