Jakarta: Indonesia merupakan salah satu yang masuk dalam daftar tiga negara paling rawan bencana di Asia Tenggara. Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif ASEAN Humanitarian Assistance Centre (AHA Centre) Adelina Kamal.
Sebagai salah satu negara yang paling rawan bencana, AHA Centre melihat penanggulangan bencana di Indonesia semakin baik dari tahun ke tahun. Hal ini dilihat dari tidak lagi meminta bantuan internasional dalam menghadapi persoalan bencana.
Adelina menceritakan kepada Medcom.id, hampir 10 tahun belakangan Indonesia jarang meminta bantuan internasional. Untuk bencana skala kecil, Indonesia dinilai sudah cukup matang dalam persiapan antisipasinya.
"Indonesia selama 10 tahun ini sudah banyak bencana yang tidak mendapat bantuan internasional, termasuk AHA Centre. Jadi, kami terakhir kali membantu saat Indonesia terkena bencana di Pidie Jaya, Aceh, waktu itu ada gempa, sebelumnya sempat saat banjir bandang," tutur Adelina, Jumat 19 Januari 2018.
Menurut dia, Indonesia sudah dalam satu kapasitas keadaan yang dimana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dinilai bisa lebih responsif dalam menghadapi bencana nasional.
Sayangnya, wilayah Indonesia yang terletak di ring of fire membuat negara ini menjadi rawan bencana besar. Adelina menyampaikan, ada ketakutan jika tsunami besar seperti 2004 silam terjadi lagi.
"Kawasan ASEAN adalah salah satu yang paling rawan bencana, selama 10 tahun sejak 2004 hingga 2014, lebih dari 50 persen orang di dunia meninggal di kawasan ASEAN karena bencana," lanjut dia.
AHA Centre dan BNPB juga berencana untuk membuat program pelatihan bersama. Program ini diberi nama ASEAN Standardization and Certification for Experts in Disaster Management (ASCEND).
Ada enam hal pokok yang nantinya akan menjadi pelatihan di ASCEND, yaitu penilaian cepat, Pusat Operasi Darurat (EOC), logistik kemanusiaan, Sanitasi dan Kebersihan Air (WASH), serta shelter management.
Pelatihan bagi para relawan bencana diperlukan agar tidak tercipta 'pahlawan bencana kesiangan'.
"Dulu pahlawan kesiangan yang ingin bantu menanggulangani bencana namun tidak bisa apa-apa di Indonesia banyak sekali. Karena itu, untuk mengatasinya, Indonesia bersama dengan AHA Centre menyiapkan program standarisasi dan sertifikasi bagaimana aktor yang berperan dalam penanggulangan bencana itu mengikuti training agar mereka menjadi profesional," terang Adelina.
"Ada standar dan sertifikasi, jadi tidak semua orang turun bisa menjadi disaster managers, jadi enggak merepotkan di lapangan," tegasnya.
Adelina berharap BNPB serta lembaga terkait lainnya di Indonesia dapat bekerja sama lebih erat lagi dalam mengatasi bencana di dalam negeri. Selain itu, dia berharap Indonesia bisa membagikan pengalaman ini ke negara-negara ASEAN lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News