Fasilitas pembangkit tenaga nuklir Iran di Kota Bushehr. (Foto: AFP).
Fasilitas pembangkit tenaga nuklir Iran di Kota Bushehr. (Foto: AFP).

Pengamat: Iran Tidak Akan Perkaya Uranium

Marcheilla Ariesta • 09 Juli 2019 11:30
Jakarta: Iran mengumumkan akan mengadakan penambahan dan pengayaan uranium melebihi batas perjanjian nuklir 2015. Langkah Iran ini mendapat kecaman dari berbagai negara, salah satunya Amerika Serikat (AS).
 
Baca juga: Uni Eropa Desak Iran Hentikan Pengayaan Nuklir.
 
Meski demikian, pengamat hubungan internasional Universitas Padjajaran Bandung Teuku Rezasyah mengatakan tak yakin dengan langkah Iran tersebut.

"Saya tidak yakin Iran memiliki kapasitas teknologi dan jaringan tenaga ahli untuk memperkaya uranium secara melebihi ‎Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA)," kata Rezasyah saat dihubungi Medcom.id, Selasa, 9 Juli 2019.
 
Menurut dia, Iran selama ini menerima dukungan ekonomi dan perbankan ekonomi dan perbankan secara diam-diam dari Inggris dan Jerman. Makanya dia menganggap tak yakin jika Iran akan memperkaya uranium mereka.
 
"Iran tidak akan mencederai kepercayaan yang diberikan Inggris dan Jerman atas dirinya, karena secara psikologis, Iran berhasil memisahkan mereka dari Amerika Serikat," imbuh dia.
 
Selain itu, Reza menambahkan, negara-negara anggota JCPOA lainnya juga tak akan menyudutkan Iran seperti arahan AS. Dia menganggap mereka yakin jika Iran ‎tak akan menjadi negara yang mengancam stabilitas di Timur Tengah.
 
"Dalam pandangan negara-negara anggota JCPOA di luar Amerika Serikat, perang nuklir yang terbatas sekalipun tidak akan terjadi," terangnya.
 
Baca juga: 10 Negara yang Memiliki Kekuatan Nuklir Besar.
 
Pasalnya, jika perang nuklir terjadi, maka akan ada dampak menghancurkan negara-negara sekutu Barat. Dan mereka tahu Iran tak akan seperti itu.
 
Meski demikian, kata Reza, akan terus terjadi pemojokkan terhadap Iran, yang dilakukan oleh AS dan sekutunya di Timur Tengah, seperti Arab Saudi dan Israel.
 
Iran mengumumkan akan melanggar batas persediaan uranium yang telah disepakati sebelumnya dalam perjanjian nuklir 2015.‎ JCPOA itu didesain untuk menjaga Iran dalam mengembangkan senjata nuklir.
 
‎Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengatakan Iran sebenarnya masih ingin menyelamatkan JCPOA, namun negara-negara Eropa dinilai gagal memenuhi komitmennya terhadap Teheran.
 
Baca juga: Mengenal Dampak Kehancuran yang Diakibatkan Uranium.
 
JCPOA‎ berada dalam masalah sejak AS menarik diri dari perjanjian tersebut tahun lalu. Setelah itu, Washington menjatuhkan rangkaian sanksi ekonomi terhadap Iran.
 
Sebelumnya Iran telah menetapkan batas waktu hingga akhir pekan lalu kepada negara-negara Eropa penandatangan JCPOA untuk melindungi Iran dari dampak sanksi AS.‎ Jika tenggat waktu terlewati dan tidak ada solusi, maka Iran mengancam akan menambah persediaan uranium mereka.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan