Lantas, apa sebenarnya uranium, dan seperti apa proses pengayaannya?
Pengayaan Uranium
Uranium adalah semacam logam berwarna abu-abu keperakan. Saat diambil dari tambang, bijih uranium mengandung sekitar satu persen senyawa uranium oksida. Ini adalah material awal dan masih perlu diproses lebih lanjut.
Bijih uranium oksida diproses dengan bahan kimia, biasanya sejenis asam kuat. Oksida yang diekstrak kemudian dijadikan yellowcake, semacam bubuk yang mengandung sekitar 80 persen uranium oksida.
Sebelum dapat digunakan sebagai bahan bakar di PLTN atau untuk membuat bom atom, uranium harus diperkaya terlebih dahulu. Ini dikarenakan uranium alami hanya mengandung sedikit uranium-235 (U-235), bentuk dari uranium yang mudah terbelah dan melepaskan energi besar dalam suatu proses bernama fisi.
Uranium alami hanya mengandung sekitar 0,7 persen U-235, sementara sisanya adalah uranium-238 (U-238). Isotop U-235 dan U-238 dibedakan oleh jumlah neutron di dalam atomnya. Atom U-235 memiliki 92 proton dan 143 neutron, sementara U-238 92 proton dan 146 neutron.
Untuk memperkaya uranium, yellowcake pertama-tama diubah menjadi gas bernama uranium heksafluorida. Gas ini dipompa ke alat bernama centrifuge, yang berputar sangat cepat sehingga dapat menyingkirkan U-238 dan menyisakan U-235.
Di fasilitas pengayaan uranium, ribuan centrifuge tersambung dalam jaringan. Masing-masing unit memperkaya uranium heksafluorida secara bergantian.
Proses pemutaran ini menghasilkan dua aliran gas: "produk" yang telah diperkaya -- dapat digunakan untuk bahan bakar atau bom atom -- dan uranium kosong atau biasa disebut "ekor."

Tim teknisi Iran menyingkirkan sebuah drum berisi uranium. (Foto: AFP/GETTY IMAGES)
Uranium yang digunakan dalam reaktor nuklir di PLTN biasanya berada di kisaran pengayaan 4 persen U-235. Namun untuk bom nuklir, tingkat pengayaan U-235 berkisar 90 persen. Di bawah perjanjian nuklir 2015, Iran hanya boleh memperkaya uranium di angka 3,67 persen.
Baca: Iran Umumkan Rencana Melanggar Perjanjian Nuklir
Pengayaan uranium terbilang berat di fase awal. Sejumlah data industri menunjukkan bahwa lebih dari separuh usaha memperkaya uranium dihabiskan untuk menaikkan persentase U-235 dari 0,7 persen ke 4 persen.
"Sangat sulit di fase awal karena isotop uranium yang ingin diambil berjumlah sangat, sangat sedikit," ujar Anne Harrington, seorang pengajar dari Universitas Cardiff, dalam keterangannya di artikel Guardian, Minggu 7 Juli 2019.
"Karena uranium alami hampir semuanya U-238, maka mengekstrak sedikit U-235 adalah proses yang sangat sulit," lanjutnya.
Daya Ledak Bom Nuklir
Semakin tinggi level pengayaan uranium, maka semakin sedikit jumlah yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir. Dalam level pengayaan 20 persen, jumlah minimal uranium yang dibutuhkan untuk menjaga reaksi berantai nuklir adalah 400 kilogram. Namun saat berada di level 90 persen, jumlah uranium yang dibutuhkan hanya 28 kg.
Edward Morse, profesor teknik nuklir dari University of California di Berkeley, mengatakan bahwa daya ledak satu bom atom yang pernah dijatuhkan Amerika Serikat di Jepang pada era Perang Dunia II setara dengan 10 ribu kiloton bahan peledak jenis TNT.
Bom atom yang dijatuhkan di dua kota di Jepang itu telah membunuh hampir semua orang dalam radius 1 mil atau 1,6 kilometer dari lokasi peledakan. Namun hal paling berbahaya dari bom atom adalah radiasi yang terjadi setelah ledakan.
Versi yang lebih kuat dari bom atom adalah bom hidrogen, dengan daya ledak setara 100 ribu kiloton TNT. "Bom hidrogen akan menghancurkan kota modern mana pun yang ada di dunia. Bom atom memiliki daya ledak tinggi, tapi tidak terlalu merusak seperti bom hidrogen," kata Hall, Direktur Institut Keamanan Nuklir dari University of Tennessee.
Baca: Korut Klaim Sukses Ledakkan Bom Hidrogen
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News